Sabtu, 30 Maret 2013

Luka Sang Bunga Part X



“Nak, kamu hati-hati ya! Jaga diri kamu baik-baik. Jangan sering keluar malem! Kalau ada apa-apa jangan lupa telpon Ibu. Pokoknya kamu harus kabarin apapun ke Ibu, jangan lupa! Jangan telat makan! Jangan lupa minum vitamin! Terus jangan lupa kamu untuk selalu simpen foto keluarga di kamar kamu. Jangan lupa selalu rapihin kamar kamu! Bersikap ramah sama temen-temen kamu! Pokoknya sekali lagi kamu jangan lakuin hal yang aneh-aneh!” kemudian Ibu menghela nafasnya.
“Udah Bu ngomongnya?” ucapku sambil tersenyum kecil.
“Kok kamu begitu si Flo?”
“Habisnya Ibu ngomong terus, kayak aku mau pergi kemana aja. Padahal kan kemarin waktu aku ikut pertukaran pelajar saja Ibu gak segininya banget.”
“Ibu gak tau Flo kenapa Ibu begini?! Kayak akan lama gitu ditinggal kamu.”
“Yauda, Ibu tenang aja. Flo disini baik-baik saja kok” balasku menenangkan hati Ibu.
***
               Malam pertama menjadi anak kos tidak seburuk yang aku kira sebelumnya. Semua orang disini sungguh ramah dan baik. Mereka selalu membantuku dan memberitahu segala hal yang berlaku disini. Mulai dari sarapan pagi hingga kebiasaan aneh ketika liburan. Ibu kos ini bernama Hani, beliau lebih suka dipanggil Tante Hani. Tante Hani ini seorang janda, suaminya meninggal sejak 10 tahun yang lalu, awal adanya rumah kos ini. Tante Hani memiliki seorang anak perempuan bernama Aulia Sufi, dia sudah berkeluarga, dan anaknya ini sudah 5 tahun berpindah domisili menjadi Warga Negara Amerika Serikat. Kabarnya, karena cintanya Tante Hani terhadap Indonesia dan Almarhum suaminya, maka Tante Hani tidak ikut anaknya pindah ke luar negeri.
               Bicara mengenai orang-orang yang tinggal di rumah ini, ada dua orang perempuan yang usianya lebih tua dari aku. Pertama namanya Widya, dia ini mahasiswi semester 7 di salah satu universitas swasta terkenal juga di kota ini. Kedua Alfia, Kak Alfia juga masih berstatus mahasiswi, dia masih kuliah semester 3 di salah satu Sekolah Tinggi jurusan Public Relation. Kak Alfia memang sejurusan sama aku, tapi dia tipikal orang yang kurang bersahabat. Jadi agak sulit nampaknya untuk meminta pendapat sama dirinya. Ada satu lagi perempuan yang kamarnya di sebelah kamar aku, namanya Seriana Dwitari. Dia mahasiswi semester 1, sama seperti aku.
               Agak sedikit kaku, malam itu kami makan malam bersama di satu meja. Ada 4 perempuan, termasuk aku dan juga Tante Hani. Dan 2 orang laki-laki. Nah dua laki-laki ini adalah penghuni kamar kos Tante Hani juga. Tapi kamar mereka ada di bagian belakang rumah. Yang lokasi bangunannya terpisah dengan rumah kos inti. Mereka bernama Kevin dan Raffi. Kak Kevin ini yang paling tua di antara anak kos Tante Hani. Dia sudah kerja dan sukses dengan pekerjaannya di salah satu perusahan milik Negara. Sedangkan Kak Raffi masih kuliah di universitas yang sama denganku dan satu fakultas dengan Dhika.
               Dhika. Sejak hari itu, ia masih tidak menghubungiku. Bahkan sesekali aku bertemu dengannya di kantin kampus, tapi dia selalu menghindar. Entah kenapa sahabatku yang satu ini masih tidak mau melupakan semua hal yang sudah terjadi dan sepantasnya dilupakan. Entahlah. Mungkin belum waktunya.

Stupidfy : Ku Yakin Cinta Part IV

Read Stupidfy : Ku Yakin Cinta Part III                 Via Whatsapp aku mengajaknya pergi ke Puncak, enam bulan kemudian. Dia mau dan si...