Melihat apa yang dilihat. Memikirkan apa yang terlintas. Menulis apa yang ingin ditulis.
Senin, 07 September 2015
Benci Itu Selembar Setelah Cinta
Hangat pelukan Ibumu malam itu membuatku tersadar bahwa aku memang mencintaimu sepenuhnya karena merasa bersalah. Aku tidak menyangka bisa menyakiti perasaan seseorang sedalam ini. Aku bertindak hanya sesuai kehendak. Walau aku tau, begitupun Ibumu juga menyampaikan hal yang sama, "wanita di mata laki-laki adalah sesuatu yang merumitkan. Tidak setiap waktu pemikirannya sama. Dalam sedetik, kita, wanita dapat merubah segalanya."
Sesaat aku mencintaimu, sedetik kemudian aku membencimu, kemudian mengagumimu lagi, lalu menghujat pemikiranmu, pada akhirnya selalu berputar seperti itu. Ya, kamu menyadari bahwa kamu di tahun pertama lost contact kita, masih juga peduli dengan hidupku. Kamu pun masih membuka akun media sosialku. Kamu memrediksi kapan kamu bisa datang lagi dan memulai dari awal. Kamu ingin mencoba menahan egomu. Kamu tulus. Itu bagian paling aku suka, begitupun kamu.
Ibu kamu bercerita bahwa ada satu hari dimana hati kamu memang benar-benar aku patahkan. Malam hari aku berkicau bahwa aku benar-benar tidak mampu melupakan kamu. Semua bagian indah yang terjalin sesaat di antara kita adalah yang paling berharga dan sulit aku lupakan. Aku terhenti di kamu dan terjebak dalam sebuah kisah yang selalu mengarahkan ke kamu. Kamu menyukai kicauan itu sehingga esok hari kamu berniat ke rumah dan meminta maaf kepada kedua orang tuaku.
Sore yang indah untuk berjalan berdua di akhir pekan. Duduk manis di taman memakan es krim dan berbagi kisah-kisah seminggu ini. Kamu berniat seperti itu setelah Ayah dan Mama memaafkanmu dan aku mengiyakan ajakanmu. Namun, sore itu terasa mendung bagi kamu. Tanpa kuduga, gambaran indah tadi justru kulukis berdua dengan orang lain. Bukan kamu. Dan, yang tak terduga lagi adalah kamu melihatku yang reflek terasenyum ketika dia mengecup keningku di depan rumah. Kamu yang masih mengenakan helm dan masker terhenti dan melihat adegan sialan itu. Aku merasa ada seseorang di belakang dia. Iya, kamu disana tapi aku tidak peduli membenciku selembar setelah cinta
Langganan:
Postingan (Atom)
Stupidfy : Ku Yakin Cinta Part IV
Read Stupidfy : Ku Yakin Cinta Part III Via Whatsapp aku mengajaknya pergi ke Puncak, enam bulan kemudian. Dia mau dan si...
-
Contoh dialog MAKING REQUEST jangan lupa mampir ke -> http://mymudarsih.blogspot.com/search/label/CERPEN yaaa (´ ⌣ `ʃƪ) thank youuu...
-
S a t u d a ri se j u t a c e r i t a Guys, gue pernah ngebahas kan tentang kelas yang pernah gue singgahin di SMA ini. Yaa .. yang gu...
-
Ass. Yang terhormat Ibu kepala sekolah, Yang terhormat Bapak/Ibu guru panitia pendamping acara pelepasan kelas XII tahun 2010/2011. serta...