Jumat, 07 Agustus 2015

Teruntuk: Kamu

Hai kamu!
Kamu laki-laki yang baru setahun lebih aku kenal. Aku ingin bicara melalui tulisan ini. Kuharap kamu bisa mengerti dengan bahasaku yang teramat sederhana, namun yang pasti tulisan ini hanya untuk kamu.

Hai saudara,
Mengapa aku memanggilmu kali ini dengan saudara? Karena di paragraf ini aku mau mengulas kita dulu, sebelum hari dimana kita bisa berbincang ringan. Saudara, dulu kita bersaudara karena memang kita dilahirkan dari nenek moyang yang sama. Kita bersaudara dari tanah air yang sama. Kira bersaudara dari satu manusia yang diciptakan Allah pertama kali. Iya, kita bersaudara.

Hai Mas Penjaga Warnet!
Jikalau aku ingat baik-baik kamu adalah seseorang yang kalau malam duduk di balik komputer server yang ada di belakang pintu masuk. Orang yang pertama kali ingin kutemui ketika aku sampai di warnet. Biasanya aku main, atau sekedar mencetak tugas-tugas kuliahku. Aku tidak sedikitpun memerhatikan kamu. Siapa kamu, dimana rumah kamu, apa facebook kamu, twitter kamu, sungguh aku tidak peduli. Yang aku tau kamu penjaga warnet. Maaf aku mengulang profesi itu berkali-kali di paragraf ini. Jangan malu! Kalau pada dasarnya karena profesi itu kita saling kenal. Ingat gak kamu? Malam pertama kali kita berbincang ringan setelah beberapa lama kamu memerhatikanku dari bangku itu. Aku sedang dikejar tugas deadline yang besok akan aku presentasikan. Aku memintamu untuk print powerpoint yang sudah aku buat. Bahkan terdapat masalah saat itu yang justru bikin kita saling bicara. Hanya karena kertas yang sudah habis dan ditambah dengan yang baru namun ukurannya beda. Aku membiarkannya terjadi begitu saja. Lalu aku pulang dan memersiapkan semuanya. Setelah santai, aku membuka facebook dan kamu sudah mengirimku pesan pribadi disana. Hingga kita berbalas pesan sedikit. Tapi itulah awal mula kita berbincang. Bagaimana kamu bisa mengetahui facebook aku? Ulasmu setelah kita saling kenal, ternyata kamu memantau aku yang sesekali membuka account tersebut di warnet dari komputer server. Lucu juga usaha kamu.

Hai Mas!
Aky memanggilmu Mas walau kemudian aku ganti dengan 'Kak' supaya lebih konvensional saja. Pertengahan September yang aku ingat ketika aku memposting sesuatu yang sedang aku pikirkan di facebook mengenai Get Rich. Saat itu aku hanya menuliskannya tanpa terus memantaunya. Hingga kayaknya malam hari aku buka facebook kembali, ternyata kamu mengirimiku pesan pribadi disana. Kamu mulai nekat meminta id line aku. Sayangnya, saat itu aku hanya menggunakan Blackberry jadul jadi aku gak download aplikasi line di smartphone yang sudah setahun lebih menemaniku, namun aku punya id line. Aku tidak memberitahumu, aku menyuruhmu untuk berteman di blackberry messanger, akhirnya bertemanlah kita. Tanpa sering kita berkomunikasi karena aku bingung apa yang mau aku bahas denganmu. Hingga pada awal Oktober kamu mengirimku pesan di BBM dan berujung kencan pertama kita di sebuah restoran junkfood untuk sekedar makan ice cream. Aku banyak cerita di depanmu. Kehidupan pribadiku sedikit demi sedikit aku curahkan. Sampai aku pun menceritakan kisahku dengan beberapa cowok yang sedang dekat denganku dalam beberapa waktu belakangan. Ada satu cowok yang sampai detik ini kamu tidak suka saat aku menyebutnya. Tapi, Mas atau Kak, berhentilah membuatku muak ketika kamu terlalu membawa perasaanmu yang tidak enak itu saat ini. Dengan kata lain, aku ingin menyampaikan bahwa aku sudah memilihmu, bukan orang lain. Itu yang terpenting.

Hai Tukang Modus!
Aku sempat menyebutmu seperti itu ketika kita semakin dekat. Kamu tidak percaya? Silahkan tanya pada bibi, aku pernah berbisik di warnet dengan dia. Aku mengatakan bahwa kamu sedang modus-in -bahasa anak sekarang- aku. Ingat hal-hal berikut ini. Saat kita pergi bersama di hari Sabtu ke kampus kamu, kemudian kita pergi ke salah satu cafe di Bintaro, kemudian kita juga mampir untuk menghabiskan hari di salah satu mall disana, kamu menggandenf tanganku untuk kedua kalinya. Aku sebut itu sebagai modusan kamu sebagai laki-laki lajang. Kedua kali?
Ada yang pertama, yaitu saat kita hadir ke acara Hai Day di Senayan. Disana juga kamu menggandeng tanganku. Entah maksud kamu apa, yang ada di pikiranku adalah kamu orang yang nekat padahal aku sudah mulai menjaga jarak dengan menyebut laki-laki yang denganku sebelummu adalag pacarku. Ya, semua hal itu aku sebut modus. Ada pula usaha kedekatan kita seperti kamu jemput aku di kampus, kita makan bersama, jalan dan segala macam.

Hai Sayang!
Kini panggilan itu berubah. Seminggu sebelum kencan kita yang kesekian, aku sudah berpikir matang-matang tentang kamu. Kalau kata teman baikku, kamu lebih baik dan mampu memberikan apa yang laki-laki sebelumnya itu tidak bisa berikan, yaitu kejelasan. Tiga puluh November 2014 adalah hari yang kita rencanakan untuk satu hal besar yang merubah hari-hari kita selama 8 bulan ini. Kamu menyatakan perasaanmu di satu restoran bernuansa betawi di Tangerang. Hari itu status kita berubag menjadi sepasang kekasih. Sayang, tulisan ini kubuat hanya teruntuk kamu. Aku memilih kamu. Jangan pikirkan hal lain lagi yang justru membuat kita dan hubungan ini tidak baik. Kamu terbaik. Adi Kurniawan.

Your love,
Syarifah Mudarsih

Stupidfy : Ku Yakin Cinta Part IV

Read Stupidfy : Ku Yakin Cinta Part III                 Via Whatsapp aku mengajaknya pergi ke Puncak, enam bulan kemudian. Dia mau dan si...