Read Previous Chapter : Tetap Di Dua Belas September
Dua hari berlalu sejak kejadian di bioskop itu. Aku pergi dengan temanku dan bercerita apa yang terjadi antara aku dan kamu. Dia antusias dengan ceita ini bahkan sampai-sampai dia ingin bertemu dengan kamu dan menegur kicauanmu yang memang menyinggung perasaan aku.
Seminggu dari hari dimana aku menceritakan kamu kepada dia, kita bertiga bertemu di pertemuan yang tidak terduga.
"Eh eh... kayaknya gue pernah liat dia deh. Dimana ya?"
"Siapa?"
"Itu... cowok anak skateboard yang lagi duduk disana" menunjuk ke arah kanan dari posisi kami berdiri.
Aku menoleh dan melihatnya secara baik, itu kamu. Aku merasa malas sekali kalau memang harus berpapasan dengan kamu. Ada rasa ill'feel ketika melihat wajah kamu. Namun, Tuhan memberikan takdir lain. Seseorang di samping kamu melihat temanku sedang menunjukmu dan memanggil kamu agar menoleh ke arah sini. Aku panik karena tingkah temanku itu. Aku mengajaknya pergi menjauh, tapi kamu malah berlari menghampiri aku.
"Hey... apa kabar?"
"Lo siapa ya?" Aku menjawab sinis, "gue punya nama kok. jadi bisa kan sebut nama gue, bukan pake 'hai'?
"Asli lo ribet banget."
"Heh... Demen banget sih lo bilang temen gue ribet?" temanku yang protes.
"Lah emang temen lo ribet. Harus banget gue nyebut nama dia. Wajar kali kalau udah beberapa hari gak ketemu terus manggilnya 'hey' dulu."
"Beberapa hari? Kita udah gak ketemu seminggu lebih ya, Bro."
"Oke... Oke... Gue ngalah, maaf yaaa mantan gebetan. apa kabar?"
"Gila! Orang gila!" Kamu malah menyebutku mantan gebetan. Sepertinya lebih enak disebut teman lama. Kalau kamu menyebut seperti itu kan rasanya kamu menunjukkan masalah di antara kita yang menyebabkan kita menjadi mantanan.
Aku pergi meninggalkan kamu, akan tetapi temanku yang satu itu malah tetap berada di samping kamu dan entah apa yang kalian bicarakan. Yang pasti, aku meninggalkan kalian berdua di taman mall.
Keesokan harinya aku ada kegiatan karang taruna, aku bertemu temanku itu lagi. Kemudian dia bercerita mengenai pembicaraan kalian berdua setelah aku tinggalkan. Rupanya memang aku yang lupa akan sifat asli kamu yang memang sudah kuketahui beberapa tahun sebelumnya. Karakter keras kamu, cuek kamu, dan gak mau ribet itu memang akan menghasilkan kisah yang seperti ini. Harusnya, kalau saja aku ingat tentang sifat dan karakter kamu itu, aku akan menerima argumen kamu di bioskop.
Ibarat nasi sudah menjadi bubur, ketika kamu sudah bilang 'mantan gebetan' tandanya tidak akan ada lagi 'kita' di masa depan. Iya, sepertinya aku sempat gagal move on berkepanjangan. Sampai saat ini tepat tiga tahun sejak tanggal 12 September di bioskop.
Namun, yang dapat aku mengerti saat ini adalah bahwa memang saat itu aku seperti remaja labil yang masih menuntut hubungan dengan status pacaran padahal tanpa status itu pun seorang laki-laki atau pun perempuan bisa menjalin hubungan. Bahkan dalam ikatan yang lebih serius. Jika dalam istilah agama ada yang namanya ta'aruf, dimana dua anak cucu adam bertemu sekali untuk diikatkan dalam ikatan suci yang disebut pernikahan. Jelas tanpa harus ada masa-masa yang disebut pacaran. Selain itu, aku juga mengerti bagaimana tidak menuntut suatu hal berdasarkan apa yang aku inginkan. Karena memenuhi keinginanku tidak pernah ada habisnya, aku manusia biasa. Aku tau itu. Aku juga mengerti bagaimana aku harus mengingat sesuatu yang penting bahwa aku harus menerima kekurangan dan kelebihan seseorang, menerima sifat dan karakter seseorang yang memang membuat aku jatuh hati. Aku mengerti semua itu sehingga pada akhirnya aku bisa mengalahkan keegoisan diriku sendiri.
Saat ini, walau aku masih belum bisa berpaling dari kamu. Bahkan aku masih sedikit merasa belum siap menerima apa yang sudah aku mengerti tadi. Jadi, kamu pun tau, aku tidak berani lagi untuk menjalin hubungan yang waktu itu menjadi perdebatan kita. Aku hanya ingin menikmati masa gadisku bersama teman-temanku sampai nanti entah kamu ataupun orang lain bisa membuatku merasa jatuh hati kembali.
Selesai.
Melihat apa yang dilihat. Memikirkan apa yang terlintas. Menulis apa yang ingin ditulis.
Langganan:
Postingan (Atom)
Stupidfy : Ku Yakin Cinta Part IV
Read Stupidfy : Ku Yakin Cinta Part III Via Whatsapp aku mengajaknya pergi ke Puncak, enam bulan kemudian. Dia mau dan si...
-
Contoh dialog MAKING REQUEST jangan lupa mampir ke -> http://mymudarsih.blogspot.com/search/label/CERPEN yaaa (´ ⌣ `ʃƪ) thank youuu...
-
S a t u d a ri se j u t a c e r i t a Guys, gue pernah ngebahas kan tentang kelas yang pernah gue singgahin di SMA ini. Yaa .. yang gu...
-
Ass. Yang terhormat Ibu kepala sekolah, Yang terhormat Bapak/Ibu guru panitia pendamping acara pelepasan kelas XII tahun 2010/2011. serta...