Rabu, 30 Januari 2013

Menemukan Satu Titik

Musik.
Banyak orang , bahkan tidak ada satu orang pun yang dapat hidup tanpa nada. Ya, meskipun hanya 'do' dalam setiap perkataannya.
Kalau dipikir, dari 8 nada dasar itu berarti banyak bukan ? Kalau bahas 8, terlintas sahabat-sahabat gw. Yasudah! Lupakan sebentar !

Ya, saya termasuk orang yang suka mendengarkan musik. Agak membingungkan. Ada saatnya saya menyukai musik melow, ada juga saat untuk musik yang membuat seluruh badan saya bergoyang.
Saya ingat, waktu saya duduk di bangku SD. Tepatnya klas 4 SD. Saya dikenalkan oleh guru saya, wali kelas tepatnya, yang sekarang... Sudah jadi Almarhumah. R.I.P My Beloved Teacher (ˇʃƪˇ)
Ya saat itu saya dikenalkan pada dunia tari, awal dimana saya mengenal musik-musik dance, sehingga saya sampai saat ini menyukai dua hal itu. Musik dan Tari. Mulai saat itu, saya adalah seorang penari, penari tari tradisional. Berganti menjadi tari modern. Bahkan saya ingat betul saya pernah ikut lomba dance yang lumayan keren banget. Dimana saya melihat berbagai macam koreografi. Hal itu membuat saya terus menari hingga sekarang, walaupun hanya depan cermin lemari.
Selepas SD, dan saya meneruskan SMP, ketika di pertengahan masa SMP, saya memutuskan untuk menjadi saya yang sekarang dengan semua keindahan yang berbatas untuk duniawi. Dan saat itulah saya berhenti untuk obsesi saya untuk menjadi seorang dancer. Sampai saat ini, tidak banyak orang yang tau saya menyukai bahkan sangat menyukai hal itu. -tapi mungkin setelah membaca ini, orang akan tau-
Itu alasan saya tentang saya yang suka musik yang membuat seluruh anggota tubuh bergerak.
Saya mengoleksi beberapa lagu yang menjadi andalan saya ketika saya MENEMUKAN SATU TITIK.
Menemukan Satu Titik- adalah ungkapan yang sering saya keluarkan ketika saya sudah mulai mau menari, maksudnya bergerak.
Saya sering mengalami hal itu ketika earphone terpasang pada handphone dan musik yang terputar adalah musik yang sedikit nge-bit. Saya akan memulainya dengan menutup mata -tidak selalu tapi sering- lalu mulailah saya seperti saya yang sebenarnya. Itulah satu titik dimana saya merasakan akan diri saya yang sebenarnya. Tanpa manipulasi dan dengan kesungguhan.
Faktanya, saya akan mengurangi minimal 10 persen dari beban fikiran saya ketika saya sudah mulai semangat dan terus bergerak. Dan saya pun tidak tau, sampai kapan saya seperti ini --

Jonas, Amel, Eros

Beberapa waktu yang lalu saya melontarkan sebuah kisah tentang seorang perempuan ketika dia berada pada situasi akhir masa SMA nya kepada teman-teman saya.
Ceritanya begini, intinya saja sih seperti ini.
Jadi perempuan ini punya teman di kelas, gendernya laki-laki nih. Nah sebutlah laki-laki itu namanya Jonas dan si perempuan namanya Amel.
Pada akhir masa sekolah, Jonas berkata kepada Amel. Entah itu serius atau hanya bercandaan. Yang pasti kata-kata itu membuat Amel merasa terikat, terkejut, bahagia, sekaligus sedih. Begitu complicated sepertinya. Jonas berkata 'suatu hari nanti, elu buat gue'.
Seiring berjalannya waktu, Jonas sering kali mmberi beberapa tanda yang memperkuat perkataannya tadi. Dan sebagai perempuan yang memang secara alamiah memiliki kesensitifan yang lebih, Amel merasa dirinyalah yang akan mendampingi Jonas kelak.
Berlarut waktu habis, habis pula masa SMA mereka. Terpisahkan oleh jalan yang berbeda. Sama-sama kuliah, tapi mereka terpisahkan universitas. Biasa lah ya.
Ketika saya menceritakan itu pada teman-teman kuliah saya, mereka bilang memang itu tandanya si Amel sudah 'ditaken' oleh Jonas. Yang artinya rasa terikat Amel itu memang nyata.
Kabarnya sih, sampai beberapa bulan Amel menjalani dunia perkuliahan yang barunya itu, Amel masih merasakan keterikatan kata-kata Jonas. Padahal Amel ini sering sekali 'stalking' ( bahasa anak zaman sekarang ) terhadap akun-akun jejaring sosial Jonas. Dan Amel sering pula kedapatan kalau Jonas mungkin sudah melupakan perkataannya waktu itu ke Amel.
Dan yang terlihat sekarang memang Amel merasa tersiksa mungkin. Kalau diperhatikan, Amel ini memang tidak cantik. Tapi ada di satu sisi dari dirinya yang membuat beberapa orang disekitarnya, terutama laki-laki merasa 'interest' terhadap apa yang ada pada dirinya. Laki-laki yang mendekatinya, berusaha untuk pendekatan hingga bisa meraih rasa suka dari Amel, itu banyak. Bahkan beberapa dari mereka yang mendekati Amel belakangan ini pun membuat Amel tertarik untuk melepaskan perkataan Jonas dan berpaling ke yang lain. Tapi disini masalahnya, 'ke-ter-i-ka-tan' yang dibuat Jonas itu membayangi langkah maju Amel. Berusaha melawan supaya bisa singgah ke orang lain yang sedang memperhatikannya. Gagal, gagal, kemudian gagal. Selalu ada bayangan kata-kata Jonas itu ceritanya.
Sampai akhirnya, waktu itu terlihat Amel membuat status pada akun jejaring sosialnya yang berisi 'tolong ikhlaskan, aku lelah bertahan. Aku ingin menikmati masa mudaku. Aku ingin seperti teman-temanku yang saat ini menjalin hubungan dengan orang lain. Mohon ikhlaskan' , terlihat lelah sekali bukan? Tapi apa yang terjadi?
Mungkin iya, perkataan Jonas itu adalah 'ikatan'. Buktinya, setelah Amel melontarkan kalimat itu, ia merasa beda. Nih, terlihat dari salah satu percakapan Amel dengan temannya, sebutlah namanya Eros. Tidak membutuhkan waktu yang lama untuk pendekatan. Hanya melalui kata-kata perhatian dan gombalan dari obrolan teks mereka, Amel merasa bahagia. Ia mulai merasakan rasa suka terhadap Eros.
Ya, mungkin Jonas memahami, hingga Amel dapat merasakan bebas untuk menjalani hidup. Masa muda datang sekali, katanya, jangan dihabiskan untuk menunggu saja tanpa menikmati. Rasakan apa yang ada di sekeliling, jangan menutup. Buka hati, buka pikiran, buka perasaan. Masih lama untuk membicarakan keseriusan.
Begitulah ujarnya. Tapi sejujurnya, cerita ini benar-benar tidak seperti nyata. Hanya sebuah harapan atau ungkapan tak pasti. Ya sudahlah, namanya juga anak muda.

Ada Kamu Lagi Ada

Aku tau, aku sayang sama kamu. Aku pun tau, aku gak mau kehilangan kamu. Aku tau, kamu selalu ada di pikiran aku. Aku juga tau kali, kalau aku selalu mengharapkan kamu. Aku benar-benar tau kalau aku memang menginginkan kamu jadi yang terakhir buat aku.

Nah, itu dia. Aku ingin kamu jadi yang terakhir. Aku ingin itu sekarang, saat aku masih berumur delapan belas tahun. Aku ingin kamu adalah berasal dari tulang rusuk siapa aku ini.

Nah itu dia. Aku masih berumur delapan belas. Masih belasan. Aku masih ingin menikmati hidup aku. Aku mau menguburmu di satu sisi hati ini, dimana aku simpan sebagai rahasia Tuhan. Aku masih ingin menikmati masa remajaku. Bersama teman-teman sebaya. Tertawa membicarakan pria. Bukan hanya kamu. Mereka, beberapa orang di sekitarku.

Tolong, ikhlaskan aku merasakan itu semua. Jangan selalu buat aku mencegah datangnya semua. Biarkan mereka bahagia dengan bahagiaku. Bukan kamu yang memenjarakanku. Ikhlaskan aku, aku mohon. Agar aku pun tenang menjalani semua ini.

Aku masih ingin loh punya pacar, bukannya bersiap menunggu kamu yang masih lama lagi menjadi milikku. Ini aku serius. Kamu masih selalu dalam pikiranku, dalam doaku, dalam ucapannku. Aku inginkan itu juga. Tapi masih terlalu dini untuk menjaganya.

Tolong, jangan datangi pikiran aku lagi. Tolong....

Stupidfy : Ku Yakin Cinta Part IV

Read Stupidfy : Ku Yakin Cinta Part III                 Via Whatsapp aku mengajaknya pergi ke Puncak, enam bulan kemudian. Dia mau dan si...