Sabtu, 22 April 2017

Stupidfy : Ku Yakin Cinta Part III

Read Stupidfy : Ku Yakin Cinta Part II

“Hari ini aku sidang tugas akhir nih. Kamu yang kampusnya ga jauh dari sini, gak mau support aku?” Aku mengiriminya pesan singkat via whatsapp.
“Aku lagi di Singapore, Fay. Kampusku emang gak jauh dari kampus kamu, tapi posisiku jauh.”
“Lagian kenapa sih magangnya pas banget gue sidang?”
“Tanyain ke Kajur gue lah. Lagian kan disana ada Zuma kan?”
“He always beside me. Always do better.”
“Gue juga disini ada yang nemenin. Emang lo doang yang punya pasangan ?”
“Siapa? Kok lo gak kasih tau gue punya gebetan di tempat magang ?”
“Iya, dia dari kampus cabang. Namanya Lina, cantik deh berhijab lagi.”
“Gue gak pernah lo bilang cantik.”
“Ya kan udah ada Zuma, kalau Lina ga ada siapa-siapa L
“Kok emotnya sedih”
“Bohong deh. Dia punya pacar di Jakarta. Beda kampus juga.”
“Jadi … just Singapore I’m in love nih ?”
“I Thought”
---
“Welcome to Jakartaaaaaaa!!!” Aku menyodorkannya brownies buatanku. “Ini brownies buatan gue, tester pertama Wahyu, kata dia si enak banget. Jadi gue yakin, duta pariwisata satu ini pasti ketagihan juga.”
“Gue udah sampai Jakarta dari kapan tau, ini kita kan lagi sparing basket, dan lo kasih browniesnya ke gue doang. Sedangkan disana ada Wahyu. Tapi… disini lo masih berhutang cerita tentang Zuma.”
“Jadi kapan mocha float KFC lagi?”
“Abis ini ya mocha float lagi.”
“Okeeeeeeee. Habisin dulu browniesnya.”
Dia mengunyah potongan pertamanya dan menunjukkan muka sok nya, seakan dia chef terbaik di dunia yang sedang mencicipi masakan crewnya. Padahal disini yang jelas chef adalah aku.
“Brownies yang lezat, Chef. Nanti saya akan rekomendasikan ke rekan-rekan saya.”
---
                Satu tahun ditinggal dia ke Singapore untuk magang mengukir banyak cerita. Terakhir kali aku masih dengan Zuma, orang yang tertulis di laporan tugas akhir dan kemudian dia dengan Lina yang sebenarnya punya pacar.
                Kami kembali dengan satu cup mocha float KFC. Kali ini setting tempatnya di store KFC itu sendiri. Dimulai dari kisah menariknya dengan kerennya Singapore yang bisa mengundang wisatawan berkunjung ke Negara tersebut. Beralih ke kisah dia dan Lina.
                Tidak akan pula berhasil hubungan yang didasarkan atas rasa butuh pengganti ketika tidak ada. Jika satu sisi saja yang menjadikan hubungan tersebut pelarian, maka pihak lain akan merasa sangat terluka. Jika kedua belah pihak memang menjadikan sebuah hubungan tersebut sebagai pelarian, maka akan lebih banyak yang terluka. Bukan pasangan mereka yang mereka tinggalkan, bahkan diri mereka yang menjalankan. Semua itu akan terus menerus memunculkan konflik baru dalam hubungan. Karena intinya, semua itu disebut perselingkuhan. Yang namanya perselingkuhan akan meruntuhkan satu pondasi dalam sebuah hubungan, yaitu kepercayaan. Mulai dari situ,bahkan pelaku merasa dirinya tidak aman dalam hubungan tersebut. Pasangan yang mereka tinggalkan demi sebuah pelarian akan menjadi korban ketidak-percayaan yang seharusnya dialami secara berbalik. Satu hal yang aku dapati dari cerita dia dan Lina, Lina hebat memiliki pacar yang luar biasa. Laki-laki itu hanya berpesan agar Lina cepat pulangkan hatinya kembali ke rumah yang sebenarnya. Hari ini sudah sebulan kepulangan dia dan yang kudengar dari dia, Lina dan pacarnya kembali baik-baik saja. Bahkan, untuk mengikat kepercayaan yang lebih, setelah laporan magang bulan ini, Lina dan kekasihnya akan bertunangan. Lina meminta dia untuk menghadiri acara pertunangannya hingga ke pernikahan.
                Lalu bagaimana dia ? Dia tau pelarian itu seperti apa? Dan seperti yang aku bilang di whatsapp “just Singapore, I’m in love.” Begitu sampai di Jakarta lagi, sudah tidak ada kalimat itu. Dia menerimanya dengan ikhlas.
                Aku dan Zuma. Sebulan setelah sidang, aku diterima kerja di restaurant sebagai bagian dari crew yang tentunya masih junior. Masih perlu banyak belajar dan mempelajari kitchen. Bukan sekedar dapur yang ada di belakang rumah tempat Mama masak. Ini Kitchen yang punya satu dunia tersendiri. Hal itu membuatku depresi di awal. Namun, tekat dan keyakinan yang sempat Dhika tunjukkan dulu memotivasiku. Aku bertahan dengan segala impian. Namun, impian belum tentu didukung oleh realita. Zuma tidak terima dengan kesibukanku, dia terus saja mencari masalah yang harus dibahas hingga akhirnya cukup mengacaukan aku di kitchen. Leader Crew hampir mengancam memotong jariku, jelas itu hanya ancaman. Tapi aku yakin, apa yang terlontar dari leader bukan hal yang sepele. Aku ajak Zuma bicara baik-baik. Namun, dia menganggap itu masalah besar. Dengan mudah, dia menyudahi hubungan yang menurutnya sudah tidak ada support di dalamnya. Ya jelas, kalau dia support kenapa memersalahkan pekerjaan dan impianku ? But, si pembuat masalah selalu bisa memutar balikan fakta.
“Kalau lo sama Wahyu?”
“Itu karena lo kelamaan di Singapore. Gue butuh temen, jadinya sama Wahyu deh. Dan ternyata gak setiap orang memaknai kedekatan itu dengan hal yang sama. Dia menganggap ini lebih.”
“Tapi kalian pacaran ?”
“Engga.”
“Mau denger lagi? Saran gue, jauhin Wahyu.”
“Kenapa?”
“Terakhir kali lo tanya ini, lo menghindar dari gue loh dan bikin kita satu periode OSIS ada di sisi yang berbeda.”
“Sorry…”
“Let the time show it. Satu hal yang pasti, masih ada gue yang bisa mainin gitar dengan lagunya Ungu… Laguku.”
“Bisa aja lo ah.”
“Pakar cinta mau dikalahin.”

“Cinta aja ga punya lo.”

Bersambung ...


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Stupidfy : Ku Yakin Cinta Part IV

Read Stupidfy : Ku Yakin Cinta Part III                 Via Whatsapp aku mengajaknya pergi ke Puncak, enam bulan kemudian. Dia mau dan si...