Pagi ini matahari tepat di depanku. Mungkin karena hari ini aku harus pergi menelusuri jalan ke arah timur. Jadi jelas matahari ada di hadapanku. Walaupun terhalang oleh kaca lensa di kacamataku, ditambah juga dengan kaca yang terpasang di helm. Agak samar, tapi jelas kulihat pagi itu matahari bentuknya bulat, warnanya kuning gading, dan cahayanya juga tidak begitu terang. Aku bisa melihatnya. Cahayanya yang tidak terang benderang itu membuat cuaca terasa mendung. Sepertinya sang Mentari tau kalau aku sedang tidak semangat-semangatnya hari ini. Hingga akhirnya, aku hanya terdiam dalam ramai mengingat banyak hal yang belum bisa aku selesaikan.
Melihat apa yang dilihat. Memikirkan apa yang terlintas. Menulis apa yang ingin ditulis.
Senin, 15 September 2014
Sang Merpati
Aku wanita yang menyukai keindahan. Aku taburkan bibit-bibit keindahan di teras rumahku. Yang selalu kuinginkan, setiap pagi, sebelum aku beraktifitas, aku bisa melihat mereka bermekaran menunjukkan warnanya yang indah. Aku pun wanita yang menyukai kemerduan. Aku biarkan kicauan burung bergeming di setiap hembusan angin yang aku nikmati setiap paginya. Aku juga seorang wanita yang menyayangi keindahan pada makhluk hidup. Aku suka melihat merpati-merpati yang kusimpan dalam sangkar di teras. Namun, aku menyadari, kehadirannya tidak mengartikan kebahagiaan bagi sang merpati. Teras indah depan mataku ini memberikan batas baginya, apalagi ia yang bergerutu dalam sangkarnya. Aku menyadari, dia tidak menyukai ini. Hari ini aku memutuskan, memang merpati itu harus terbang bebas sampai ia akan bertemu dengan merpati lainnya.
Mencintai dengan Menyakiti
Entah bagaimana bisa aku mencintai seseorang dengan menyakiti perasaannya? Mungkin karena luka yang aku rasakan juga cukup dalam. Aku mencintainya, benar dan sungguh-sungguh. Jauh dari kata main-main. Di saat semua menjadi titik kesalahan pada aku. Ia terluka. Aku melihatnya hingga menggigil karena menahan emosi yang berada pada tingkat tertinggi. Matanya merah dan berkaca-kaca. Dia lemah, jauh lebih dariku. Sampai pada akhirnya, aku hanya bisa tertunduk malu karena aku mencintainya dengan cara menyakitinya.
Langganan:
Postingan (Atom)
Stupidfy : Ku Yakin Cinta Part IV
Read Stupidfy : Ku Yakin Cinta Part III Via Whatsapp aku mengajaknya pergi ke Puncak, enam bulan kemudian. Dia mau dan si...
-
Contoh dialog MAKING REQUEST jangan lupa mampir ke -> http://mymudarsih.blogspot.com/search/label/CERPEN yaaa (´ ⌣ `ʃƪ) thank youuu...
-
S a t u d a ri se j u t a c e r i t a Guys, gue pernah ngebahas kan tentang kelas yang pernah gue singgahin di SMA ini. Yaa .. yang gu...
-
Ass. Yang terhormat Ibu kepala sekolah, Yang terhormat Bapak/Ibu guru panitia pendamping acara pelepasan kelas XII tahun 2010/2011. serta...