"Aduh sebel !" gerutu Dera sebelum berangkat kuliah.
"Kenapa sih, Der?" tanya mama dengan lembutnya.
"Ini loh, Ma. Ransel Dera kayak gak rata gitu."
Mama memalingkan wajahnya dari mesin jahit yang sudah ia nyalakan sejak pukul lima pagi.
"Lihat deh, Ma! Sudah rata atau belum yang kanan dan kirinya?"
"Mana sini! Kamu balik badan!" Dera pun menuruti perintah Mama.
"Sama panjang kok, Der. Kanan dan kirinya udah sama."
"Yang bener, Ma?" mata dan tangan Dera masih sibuk dengan tali punggung pada ransel. "Ah! Masa bodoh deh. Dera udah kesiangan gini" ia pergi menghampiri Mama dan mencium tangan kanannya, "assalamu'alaikum".
"Wa'alaikumsalam. Hati-hati ya, Der!" kemudian wanita berumur 42 tahun itu kembali ke hadapan mesin jahit.
Sabtu siang ini terasa sangat panas. Menurut kabar yang ia terima dari media sosial bernama Twitter, hari itu suhu di Jakarta mencapai 36 derajat celcius. Bagi manusia, itu suhu ketika seseorang sedang sakit. Hari itu Dera memiliki janji bertemu dengan teman dekatnya ketika masih SMA. Namun, karena cuaca yang sangat panas, Dera membatalkan janji yang ia buat seminggu yang lalu.
"Der, katanya kamu mau main sama sepan?" Sepan adalah sebutan untuk teman-teman dekatnya itu. "Mau kumpul di rumah Andira kan? Jam 11 kan? ini udah jam setengah 11 dan kamu belum jalan?"
"Gak jadi, Ma. Panas. Dera batalin aja janjinya. Toh yang lain juga males keluar rumah."
"Andira gak kecewa?"
"Engga, Ma. Kebetulan katanya Mama Andira juga mau pergi dan mengajak Andira juga."
"Oh... Ya sudah kamu bantu Mama merapihkan kaos-kaos ini aja."
Tanpa berpikir panjang dan mengelak pinta Mama, Dera segera menghampiri tumpukan kain yang sudah menjadi kaos oblong.
"Ini ada berapa banyak, Ma?" tanya Dera seraya melipat satu per satu kaos oblong.
Dengan terus menginjak pedal mesin jahitnya, Mama menjawab pertanyaan Dera dan melanjutkan perbincangan mereka. "Semuanya ada enam lusin, Der."
"Lumayan dong, Ma? Kalau sehari ini jadi enam lusin, berarti nanti sehari Mama dapat upah 96.000 dan aku dapat 18.000. Lumayan kan, Ma? Dari pada aku keluar rumah, udah panas, bukannya menghasilkan uang tapi malah menghabiskan uang."
"Iya, emang bener. Mendingan kamu bantu Mama. Kan jadi Mama juga lebih cepet selesainya."
"Kalau sehari dapat 96.000, seminggu bisa dapat 600 ribuan, dan sebulan bisa menghasilkan dua jutaan dari menjahit kaos ini, Ma. Kalah dong ya gaji Ayah sebulan."
"Ya maka dari itu, kamu bantu Mama kerjain kerjaan rumah. Biar Mama fokus buat menjahit. Terus juga kamu jangan males kalau jemput Windu. Satu lagi nih yang penting"
"Jangan kebanyakan main!" selak Dera.
"Iya, itu kamu tau."
"Tau, Ma. Klasik. Tapi sulit, Ma. Teman-teman Dera hobi banget main kalau ada waktu luang. Kumpul sama yang inilah, kumpul sama yang itu lah."
"Jangan sering-sering kumpul!"
"Hmm..."
Waktu terus berjalan. Siang pun sudah menjadi sore. Tumpukan kaos sudah rapih dimasukkan dalam satu kantong plastik berwarna ungu dengan ukuran yang sangat besar. Dera telah menyelesaikan tugasnya siang ini.
"Punggung Dera pegal banget, Ma." Dera mengeluh ketika bangun dari duduknya.
"Kamu sih kalau duduk bungkuk, jadi punggung kamu merasa pegal ketika bangun dan direnggangkan."
"Kan Dera emang bungkuk, Ma. Sama kayak Ayah."
"Jangan dibiasakan bungkuk! Jadi bungkuk kayak Ayah sih bangga. Tegak gitu. Kamu jelek kalau bungkuk. Udah badan kamu kurus."
"Iya, Ma."
Melihat apa yang dilihat. Memikirkan apa yang terlintas. Menulis apa yang ingin ditulis.
Kamis, 06 November 2014
Langganan:
Postingan (Atom)
Stupidfy : Ku Yakin Cinta Part IV
Read Stupidfy : Ku Yakin Cinta Part III Via Whatsapp aku mengajaknya pergi ke Puncak, enam bulan kemudian. Dia mau dan si...
-
Contoh dialog MAKING REQUEST jangan lupa mampir ke -> http://mymudarsih.blogspot.com/search/label/CERPEN yaaa (´ ⌣ `ʃƪ) thank youuu...
-
S a t u d a ri se j u t a c e r i t a Guys, gue pernah ngebahas kan tentang kelas yang pernah gue singgahin di SMA ini. Yaa .. yang gu...
-
Ass. Yang terhormat Ibu kepala sekolah, Yang terhormat Bapak/Ibu guru panitia pendamping acara pelepasan kelas XII tahun 2010/2011. serta...