Minggu, 12 Mei 2013

Salah Tingkah

"Kamu mau duduk dimana, Res?"
"Aku duduk samping Firman saja."
Pilihan yang tepat untuk merangkai kisah melepas rindu.
Jantungku kembali berdegup kencang, bibir bawahku mulai ku gigit yang kemudian gigi ini saling bergesekan. Mataku terpandang pada Olay yang duduk di hadapanku. Mulutku masih terkunci untuk memulai pembicaraan padanya. Rasa grogi ini belum mampu aku kendalikan. Semua masih berjalan dengan kurang rasa percaya diri.
"Cie, yang hari ini Anniversarry." Olay memecahkan rasa grogi itu, yang membuatku menoleh ke sebelah kiri, reflek.
Aku melihatnya menarik bibirnya ke kanan, merasakan gerak pundaknya yang terbawa arus hembusan dari mulut. Mulutku terbuka sedikit, mataku terbelak. Dan aku, masih dalam rasa grogi.
"Woi! Kenapa tercengang gitu?" Olay menegurku.
"Ha? Engga." Pandangan ini beralih dengan cepat, dari Firman menuju Olay, kemudian kembali ke Firman.
Masih melihatnya asik dengan smartphonenya dan juga tetap dengan posisi bibir yang ia tarikkan ke kanan.
Mataku mulai menjalar mengarungi setiap lekukan indah di wajahnya. Matanya, masih indah seperti ketika ia menatapku dulu hanya dengan jarak satu jengkal. Hidungnya, aduhai mancungnya membuat bibirku kembali ku gigit. Pipinya yang terlihat melengkung karena senyumnya saat itu. Bibirnya, mulai kembali tersenyum normal dan secara proporsional, menawan dan sexy. Dagunya, kini sudah mulai terlihat jelas janggutnya. Tuhan, wajahnya itu menggetarkan hati untuk serius memintanya dari Engkau.
"Apa kabar?" Oh tidak ! Nekat sekali aku bertanya padanya. Tasku? Mana tasku. Aku harus mengalihkan rasa rinduku dengan tasku. Ku temukan. Dompet? Mana dompetku yang ku taruh dalam tas? Aku harus menemukannya untuk melanjutkan pengalihan. Mati aku! Aku pasti terlihat sangat panik. Aku pasti terlihat sangat salah tingkah.
"Baik, Res. Kamu?". Aku tercengang mendengarnya menjawab pertanyaanku. Berhenti. Serasa waktu berhenti. Tanganku reflek terdiam. Mataku kembali terbuka lebar karena terkejut."Tadi dari rumah teman? Jadinya kamu telat?" Ia berbisik di telingaku.
Dalam kondisi mematung seperti ini, apa yang harus ku lakukan kemudian? Menarik nafas terlebih dahulu baru menjawab dengan tenang atau mengigit bibir seperti biasa untuk menahan rasa grogi kemudian baru menjawab atau melanjutkan mencari dompet sekaligus menjawab.
Diam. Itu yang dilakukan oleh aku untuk lima detik mengejutkan ini.
Tarik nafas, dan, "aku baik, Fir. Iya tadi aku menginap di rumah temanku." Sangat singkat tanpa basa-basi. Mungkin itu efek dari rasa grogi.
Dia mengambil smartphoneku, aku tidak tau mau dia apakan. Aku melirik untuk mengintip pun tidak terlihat. Itu karena antispy yang ku pasangkan pada layarnya.
"Nih." Ia mengembalikan benda itu, kemudian menatapku dalam. Aku perhatikan matanya, kali ini jelas dibandingkan yang tadi. Luar biasa. Tatapan yang sudah lama tak kulihat itu masih saja sama. Selalu dapat membuat aku lemah dan tidak dapat bersikap normal. Ini gila !
Lalu aku sandarkan punggungku di bangku supaya aku merasa lebih nyaman. Tapi. Dia pun bersandar di bangkunya, itu membuat lengan kanannya itu berada di depan lengan kiriku. Tuhan. Jangan sampai dia menyadari kalau perempuan di sampingnya itu sedang merasakan gejolak perasaan melepas rindu yang sangat kacau di dalam. Tuhan. Ingin sekali rasanya memegang lengannya, menggandengnya hanya untuk beberapa saat saja. Biarkan rasa grogi ini berubah menjadi kenyamanan. Dan rasa rindu ini pun hilang karena hari ini.
Jantungku masih dengan tempo yang cepat. Mataku masih menatap kosong ke arah Olay. Duh, luar biasa. Take control please, you can do it. Selalu itu menjadi kata-kata motivasi. Tapi. Hah. Sudahlah. Memang susah diandalkan.
Dia kembali mengajakku bicara, untuk kesekian kalinya kami saling menatap. Dan setiap tatapan itu, membuat rasa grogi ini tak kunjung berhenti. Setidaknya, rasa grogi itu menghapus kerinduan atasnya selama ini. Aku mengedipkan mataku dan menarik nafas panjang yang kemudian aku hembuskan. Aku lakukan hanya untuk menghilangkan rasa grogi ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Stupidfy : Ku Yakin Cinta Part IV

Read Stupidfy : Ku Yakin Cinta Part III                 Via Whatsapp aku mengajaknya pergi ke Puncak, enam bulan kemudian. Dia mau dan si...