Bertemu lagi dengan tanggal lima.
Kamis, 5 Juni 2014. Genap tujuh bulan kita menjalin komunikasi. Entah hanya aku saja yang menginginkan komunikasi ini berakhir dengan status yang indah, entah hanya aku saja yang merasakan indahnya jatuh cinta. Dimana aku ingin kamu selalu ada di dekatku, ingin kamu selalu bersama aku, menjalani setiap hari dan menghabiskan setiap waktu untuk bersama dan terus bersama. Entah. Aku engga tau.
Siang ini mendung. Mendung sekali. Langit gelap tapi tak pekat. Ronanya abu-abu. Dingin juga terasa akibat angin yang semilir menghempas ke seluruh tubuh dan terasa menyakitkan di telapak tanganku. Disini aku sendiri. Tanpa kamu.
Aku ingat kembali banyak hal yang sudah kita lewati. Hal-hal yang tidak pernah aku alami sebelumnya. Bahkan dengan mantan-mantan kekasihku. Kamu yang pertama, bagaimana kita melanjutkan semua ini?
Tuhan tau, hatiku sedang sedih. Tapi, apa pernah kamu mengetahui itu? Tentu saja tidak.
Untuk pemuda yang seperti kamu, yang masih panas jiwanya untuk mengisi hidup kamu dengan cerita luar biasa. Apa masih perlu hadir aku?
Iya, perlu. Jawaban itu yang tepat. Aku hadir sebagai pendengar yang baik dari semua cerita-cerita kamu bersama teman-teman kamu, dengan segala semangat muda kamu. Bisakah aku menyebut diriku sebagai buku diarymu yang selalu kamu butuhkan setiap malam untuk mendengar seluruh kisah yang kamu sebut luar biasa itu. Aku? Hanya tersenyum. Aku bangga, sungguh aku bangga melihat semangatmu yang sungguh luar biasa itu. Kamu dengan semua obsesimu.
Tapi, sekali saja. Apa kamu pernah bertanya kepadaku? "Apa cerita kamu di hari ini, wahai wanita yang aku sayangi?"
Tidak, jelas tidak. Bahkan mungkin jika kamu bertanya seperti itu, aku tidak akan mengeluarkan kata apapun, aku akan mengembalikan pertanyaan itu ke kamu.
Hari ini, aku merasakan perih atas semua kebungkamanku. Perih itu selalu terasa setiap malam ketika aku mau memejamkan mata. Aku hanya mau menyampaikan semua isi hatiku yang tidak bisa aku ungkapkan langsung dari mulutku sendiri.
Sayang, kenapa kamu seperti ini? Aku sungguh menyayangimu. Aku ingin jadi milikmu seutuhnya. Hanya aku. Tapi kenapa ketika kamu bilang kalau aku satu-satunya, ada rasa tak percaya? Sayang, bisakah kamu merubah perasaan itu? Sayang sekali saja kamu dengar aku. Aku datang bukan untuk menjadi buku diarymu, menjadi teman curhat kamu, menjadi pendengar yang baik untuk semua cerita-cerita kamu. Bukan. Aku hadir untuk menjadi seseorang yang berharga untuk kamu. Bukan sekedar untuk menjadi saksi perjalanan hidup kamu yang labik ini. Aku ingin dicintai seutuhnya. Aku tau, aku bukan yang terbaik. Karena terbaik itu tidak pasti. Sayang, dengar rintihan aku yang meminta kepastian dari hubungan ini. Hingga hilang seluruh keraguan hati aku atas rasa sayang kamu. Aku butuh itu di bulan ketujuh kita menjalin hubungan. Sayang, aku menangis saat menulis ini. Bisakah kamu merasakannya?
Melihat apa yang dilihat. Memikirkan apa yang terlintas. Menulis apa yang ingin ditulis.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Stupidfy : Ku Yakin Cinta Part IV
Read Stupidfy : Ku Yakin Cinta Part III Via Whatsapp aku mengajaknya pergi ke Puncak, enam bulan kemudian. Dia mau dan si...
-
Contoh dialog MAKING REQUEST jangan lupa mampir ke -> http://mymudarsih.blogspot.com/search/label/CERPEN yaaa (´ ⌣ `ʃƪ) thank youuu...
-
S a t u d a ri se j u t a c e r i t a Guys, gue pernah ngebahas kan tentang kelas yang pernah gue singgahin di SMA ini. Yaa .. yang gu...
-
Contoh dialog INSTRUCTION Syarifah : Hey Lidya ! Maulidya : What happened ? Syarifah : Move from the place ? Maulidya ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar