Jumat, 11 September 2015

Kita Bukan Orang Yang Tepat

Meski bukan impianku satu-satunya, memilikimu adalah keinginanku yang teramat sangat. Sampai pada pelukan hangat, aku menyadari kita bukan orang yang tepat. Meski aku mendekap pada dada seorang yang dapat menerimaku sepenuhnya, bukan berarti aku meninggalkan rasa untukmu seutuhnya. Mataku memang memandang dia penuh, tapi mata hati ini masih melihat bayanganmu. Meski bibir ini terucap kata cinta, tapi hati ini selalu mendusta. Bagaimana semua ini bisa terjadi saat masih ada kamu di bagian lain hati?

Berhari-hari aku putar lagu sendu yang mengarahkan pada kisah kita. Walau kini aku tidak tau hatimu ada dimana. Apakah kamu juga merasakan apa yang aku rasakan? Atau hanya aku yang menangis sendirian. Jangan bilang, "kamu tidak tau bagaimana jadi aku", kalau kamu memang tidak melihatku saat ini. Jangan bilang, ini semua permainan, kalau kamu tidak tau bagaimana aku berusaha menunjukkan kesungguhan di depan keangkuhan. Jangan bilang, aku munafik, karena cinta memang butuh kemunafikan.

Tuhan menciptakan jodoh tidak hanya berdasarkan keinginan. Beribu-ribu kisah sudah menunjukkan bahwa terkadang hati memilih secara berlainan. Dan, pada akhirnya, restu Tuhan yang membuat insan tersebut bertahan. Lalu bagaimana dengan kita? Kita hanyalah puzzle cinta yang takkan pernah tertata. Berperang melawan waktu agar kita bisa menyatu. Walaupun kita memang sama-sama dalam satu tempat, ya kita bukan orang yang tepat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Stupidfy : Ku Yakin Cinta Part IV

Read Stupidfy : Ku Yakin Cinta Part III                 Via Whatsapp aku mengajaknya pergi ke Puncak, enam bulan kemudian. Dia mau dan si...