UJIAN TIBA DUKUN BERTINDAK
(Adegan 1)
Siang hari di rumah Bu Ariena. Dengan suasana yang santai, 4 orang ibu rumah tangga asyik berbincang. Di tengah suasana yang hangat tersebut, datang seorang remaja putri yang sedang gundah gulana.
Silvi : “Assalamu’alaikum.” (Cemberut)
Ibu-Ibu : “Wa’alaikumsalam.”
Ariena : “Kenapa wajah kamu, Silvi ?”
Silvi : “ Haduh Mama. Aku pusing menghadapi ujian.”
Yati : “Ya Ampun, neng Silvi udah mau ujian aja yah ?”
Efa : “Kenapa pusing ? Bukankah hidup itu penuh dengan ujian ?”
Silvi : “Tapi tante, guru-guru di sekolah Silvi itu terlalu banyak acara. Mereka selalu menekan kami yang mau ujian ini. Kami harus inilah, itulah, bikin pusing deh tante.”
Efa : “Bukankah itu baik ? itu membantu mu sayang.”
Silvi : “Tapi tante, sesuatu yang positif dapat menjadi negatif jika terlalu berlebihan.”
Yati : “Iya neng. Kita harus siap menghadapi semua ujian. Apalagi hanya ujian sekolah. Itu hanya satu dari serangkaian ujian yang telah direncanakan oleh Allah.
Ariena : “Sudah Silvi. Kamu berusaha dan berdoa saja. Mama sudah pusing.”
Silvi : “Ahh Mama.”
Dian : “Saya punya solusinya Bu Arien.”
Ariena : “Apa itu ?”
Yati : “Jangan macam-macam yah Bu Dian”
Dian : “Tenang Mpok.”
“Gini Bu Arien, saya punya kenalan dukun yang pasti dapat membantu Silvi supaya lulus ujian dengan mudah.
Efa : “Dukun?”
Ariena : “Tidak, itu musyrik Bu Dian.”
Efa : “Jangan Bu. Tidak baik dan Ibu pasti akan kena marah oleh Pak Ustadz.”
Dian : “Ya jangan sampai ketahuan lah. Diam-diam saja”
Yati : “Berhenti Bu Dian. Jangan mengajak orang ke jalan yang salah.”
(Dian terus merayu Ariena. Hingga Ariena terpengaruh oleh omongan Bu Dian)
(Adegan 2)
Esok harinya. Di sore hari yang sejuk itu Arien dan Silvi juga Dian pergi ke rumah dukun yang diinformasikan oleh Dian mampu membantu Silvi. Di depan rumah dukun tersebut ada seorang wanita. Diam menghampiri wanita itu.
Dian : “Saya membawa satu pasien. Jangan lupa 25% yah.”
Melly : “Tenang saja Dian. Semua bisa diatur.”
Dian : “Baiklah”
Melly : “Siapa mereka? Suruh kemari dan saya akan mendatanya.”
Dian : “Biar saya saja. Namanya Ariena Junisa. Alamatnya satu gang dengan saya.”
Melly : “Baik. Bawa mereka ke dalam.”
Dian membawa Ariena dan Silvi ke dalam rumah dukun tersebut.
Dukun : “Hey ! Kemari ! Saya akan mengatasi masalah anda tanpa masalah.”
Silvi : (Berbisik) “Pegadaian kali yah ?!”
Dukun : “Duduk sini !”
Dian : “Mari Bu Arien, duduk. Saya akan tunggu di depan.”
Ariena : “Baik”
Dian pergi.
Dukun : “Hm.. pasti masalah kamu adalah ujian kan ?”
Silvi : “Sok tahu nih dukun.”
Dukun : “Hey jangan nyolot kamu! Hanya saya yang dapat membantu kamu lulus dengan mudah.”
Ariena : “Maaf Mbah. Baiklah, apa yang harus kami lakukan?”
Dukun : “Untuk kamu cantik. Siapa namamu ?”
Silvi : “Silvi”
Dukun : “Mudah saja Silvi. Untuk lulus kamu perlu belajar, berdoa dan juga….”
Silvi : “Anak baru lahir juga tahu Mbah.”
Dukun : “Saya belum selesai bawel ! Satu lagi, kamu harus mandi kembang dan meminum ramuan khusus dari saya.”
Ariena : “Ramuan apa Mbah ?”
Dukun : “Namanya adalah Ramuan Suku Badi. Sukses Ujian Ala Mbah Dicky. Saya punya satu botol untuk kamu. Kamu bisa pakai ketika kamu selesai makan.”
Ariena : “Yakin Mbah ? Berapa saya harus membayarnya ?”
Dukun : “Murah saja. Hanya lima juta rupiah.”
Silvi : “Mau pergi haji yah Mbah ? Mahal banget.”
Ariena : “Diam Silvi. Tapi pak, saya hanya membawa uang cash satu juta.”
Dukun : “Serahkan saja jam tangan dan perhiasanmu.”
Ariena : “Memang sih harganya dapat mencapai tiga juta limaratus ribu. Tapi …” (Berfikir sejenak) “Baiklah”
Dukun : “Bingo ! Ini ramuannya dan mana bayarannya ?”
Ariena : (menyerahkan semua perhiasan dan uangnya)”Ini Mbah”
Dukun : “Bagus. Kamu pasti bisa sayang”
Ariena, Silvi dan Dian pulang.
(Adegan 3)
Di rumah Bu Arien, pagi itu tidak ada agenda untuk keluar rumah. Semua orang di rumah berlibur di dalam rumah.
Ustadz : “Ma.. coba lihat ini! Sejak kapan ada dukun di kampung sebelah ?”
Ariena : “Aaaa apa ? Dukun ?”
Ustadz : “Iya, ada seorang dukun yang tertangkap telah menipu pasien-pasiennya dengan hal konyolnya. Nama dukunnya Dicky Bachdim.”
Ariena : (Panik) “Aaa .. ada-ada saja.”
Ustadz : “Keren banget yah? Dukun kok namanya kayak pemain bola. Baiklah, Abi ingin sholat Dhuha dulu. Kalian jangan lupa yah.”
Arien : “Iya Abi”
Silvi : “Baik Abi”
Abi atau Pak Ustadz pun pergi ke kamar.
Silvi : “Dukun itu penipu,ma. Bagaimana ini ?”
Ariena : “Barang-barang mama ?”
Silvi : “Lebih baik kita menjelaskann terlebih dahulu ke Abi. Sebelum Abi tahu dari orang lain.”
Ariena : “Mama takut. Tapi kita harus melakukannya.”
Beberapa waktu kemudian, ketika Abi kembali ke ruang tamu untuk bersantai. Suasana menegang dan semua berkeringat.
Ariena : “Abi.. Maafkan mama. Seharusnya mama tidak melakukan itu. Mama membantu Silvi untuk lulus dengan dukun Dicky itu. Mama benar-benar menyesal.”
Pak ustadz terlihat memerah karena emosi. Namun, semua tidak terjadi seperti yang terlihat.
Ustadz : “Abi memang marah, Abi kesal sama kalian. Tapi mau gimana lagi. Kalian sudah melakukannya. Tidak ada guna nya kalau Abi membentak kalian.”
Ariena dan Silvi : “Maafkan kami Abi”
Akhirnya Ariena dan Silvi menyesali perbuatannya. Dukun beserta asistennya itu tertangkap oleh polisi. Sedangkan ada sau lagi orang yang terlibat, yaitu Dian. Dian adalah adik kandung dari dukun Dicky dan ia pun berperan banyak dalam kasus ini. Sayangnya dia berhasil kabur. Dan semua berjalan semestinya, Silvi lulus dengan hasil yang lumayan dan masuk ke PTN.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar