Sabtu, 08 September 2012

LUKA SANG BUNGA part VIII

“Albert, nanti sore kita jalan-jalan yuk. Masa udah 3 hari kita stay disini tapi belum pernah jalan-jalan. Lu mau kan nemenin gue?”
“Emang nya mau kemana?”
“Kemana aja deh. Nikmatin suasana London gitu.”
“Ok. Jam lima sore nanti gue tunggu di taman asrama yah.”
“Sip deh.” Terpisahlah kami siang itu.
                Suasana disini semakin menyenangkan, bahkan aku sedikit melupakan beberapa masalah ku di Jakarta sebelum aku berangkat menuju London. Kegiatan belajarku pun semakin membaik. Banyak hal yang aku dapatkan disini.  Yang pasti aku harus mempersiapkan materi presentasiku di Jakarta mengenai program pertukaran mahasiswa ini. Itulah tagihan tugasku dari Bu Jumenah.
                Setelah aku menyelesaikan mandiku sore ini. Aku bergegas pergi menuju taman asrama untuk berrtemu Albert dan berjalan-jalan sore dengannya. Inilah yang aku tunggu. Semenjak Evelyn menceritakan aku tentang tempat-tempat yang asik untuk bermain, aku sudah antusias untuk menikmati semua yang diceritakannya. Sebenarnya, aku sudah berkali-kali mengajak Evelyn untuk menemaniku mengelilingi kota London. Tapi, ia masih sibuk dengan kuliah dan tugas-tugasnya. Maka dari itu, aku mengajak Albert.
“Kemana yah si Albert?” aku tak sabar menunggunya yang sudah telat lima menit dari waktu yang ditentukan. Tak lama kemudian, handphone ku berdering menandakan adanya pesan masuk.
“Sorry, Deb. Gue gak bisa nemenin elu sore ini. Gue gak enak badan.”
“Yah… Lo sakit ? sakit apa? Gue bisa kan jenguk ke asrama elu?”
“Bisa kok.”  Lalu aku bergegas menuju asrama cowok. Aku menanyakan ke petugas disana untuk mendapatkan informasi mengenai kamar yang disinggahi Albert.
“Ok. So, I must walk to left, and I will find the room with number 12?”
“Yes.”
“Thank you.”
Yaah gue gak jadi lagi jalan-jalannya deh. Mana kasihan juga Albert jatuh sakit begini. Huh
                Ketika aku berjalan menuju kamar Albert, aku bertemu dengan seorang lelaki dan ia langsung mengajakku berkenalan.
“Hy, girl!” sapanya, “what are you doing here?”
“I just” aku terdiam sejenak karena merasa terkejut melihatnya yang begitu sok akrab, “I want to visit my friend’s room.”
“Who is he?”
“His name is Albert, Roberto Albert Handoko. He’s come from Indonesia. Do you know him?”
“Oh, I know.”
“Can you show to me his room. I feel confused.”
“I can. But, I must know your name.”
“Allright. I think before you help me, you must know my name.”
“Exactly” ia memetikkan jarinya.
“My name is Debby, Flowerista Debbyanita Harrison.”
“Wow… your last name like a member of famous band in the world.”
“Yes, I know it. So, can you help me?”
“Oh, sorry. I doesn’t mean make you waiting.”
“It’s okay. Show me now.”
“Let’s”
                Ia membawaku tak jauh dari lokasi perkenalan tadi, di perjalanan aku terus saja berdoa. Aku berharap semoga dia tidak sedang mengerjaiku atau mempermainkan aku.
“Hey ! You don’t introduce your self to me.”
“Oh my God. I am forget it. My name is William.”
“Nice name. Your name like a prince of England.”
“Haha yap, he was copied my name.”
“Wooo… the prince was older than you.”
“I just kidding. And we had arrived.”
“Ok, thank you. Do you want to enter with me?”
“No. I want to back my room too. Ehm… invite my Yahoo oke.”
“Maybe, you invite me. May I borrow your hand and your pen?”
“This” ia memberikan tangannya dan sebuah pulpen, lalu aku menuliskan nickname dari akun Yahoo-ku.
“You can invite me, Will.”
“Allright.” Dan ia meninggalkanku di depan kamar Albert.
                Aku bertemu Albert yang saat itu terbaring lemah di tempat tidurnya. Ia tidur sendiri di kamar ini. Sedikit membahayakan untukku, kalau di Indonesia perempuan yang masuk kamar laki-laki itu akan mendapatkan hukuman. Tetapi berbeda dengan disini. Semuanya bebas.
                Aku memberikannya obat penurun panas dan segelas air putih. Ia bercerita padaku mengenai penyebab ia menjadi sakit seperti ini. Ternyata ia tidak bisa mandi malam hari. Sejak mulai kuliah disini, ia selalu pulang petang. Maka ia baru bisa mandi ketika jam menunjukan pukul enam lewat. Kebiasaan ia yang tidak pernah mandi lewat pukul enam, mengingatkanku dengan Dhika yang memiliki kebiasaan yang sama. Dan saat itu juga aku merasakan kangen.
“Lo kenapa bengong?”
“Gue keingetan temen gue di Jakarta. Udah dua bulan gue gak hubungin dia, begitu pun sebaliknya.”
“Kalau boleh tau, siapa ? Cowok lu?”
“Bukan. Dia temen gue dari SMA. Namanya Dhika. Sedih deh, ketika gue berangkat kesini. Gak ada satu pun temen akrab gue di kampus yang ngucapin selamat tinggal atau pun selamat berjuang ke gue. Emang sih gue udah lama menjauh dari mereka, itu juga karena kesalahan gue juga.”
“Kesalahan apa?”
“Kesalahan gue yang udah nyuekin mereka karena cowok yang gue taksir di kampus. Padahal pas malam sebelum keberangkatan, gue nelpon tuh temen gue. Tapi gak diangkat juga.”
“Lu udah nyoba minta maaf?”
“Justru itu malem gue mau minta maaf.”
“Yauda emang siapa temen-temen lu itu?”
“Yang udah akrab sama gue dari SMA namanya Dhika, anak Fakultas Ekonomi. Sedangkan yang lainnya itu ada Dara, Lucy, Tio, Zahid, dan Hilda. Nanti deh kalau kita udah balik ke Jakarta, gue kenalin elu ke mereka. Kita asik tau kalau lagi ngumpul. Yaa paling tidak sebelum gue menjauh dari mereka. Salah satu dari kita suka nge-drift, jadi kita suka nontonin deh. Terus juga ada yang punya hobby sama kayak gue, suka sama sastra padahal kita berdua bukan anak sastra” aku bercerita dengan bangganya, tak terlintas pikiran bahwa aku sedang dimusuhi  oleh mereka.
“Wah keren. Nanti kenalin ya. Siapa tau gue bisa gabung.”
“Oke tenang saja.”
***
                Sore ini Albert memennuhi janjinya untuk menemaniku jalan-jalan di kota London. Setelah 2 hari ia terbaring sakit dan tidak mengikuti kuliahnya disini. Aku berjalan menuju pusat kota, ia mengajakku makanan khas dari London. Lalu ia mengajakku ke satu taman dimana taman itu dikelilingi saluran air yang mungkin mirip dengan pulau di tengah danau. Begitu indah. Dan lagi aku terpikirkan teman-dahulu acaraku disini. Bersama Albert dan teman-teman baruku yang lainnya.
                William sudah menginvite Yahoo-ku sejak hari pertama kita bertemu. Dan sejak hari itu juga kami sering sekali mengobrol via Yahoo. Ternyata William adalah teman yang asik untuk mengobrol. Sayang saja ia bukan mahasiswa dari Jakarta, kalau iya pasti sudah ku ajak gabung dengan teman-temanku yang lainnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Stupidfy : Ku Yakin Cinta Part IV

Read Stupidfy : Ku Yakin Cinta Part III                 Via Whatsapp aku mengajaknya pergi ke Puncak, enam bulan kemudian. Dia mau dan si...