Sabtu, 23 Maret 2013

Dalam

Pagi itu sepertinya biasa saja. Tapi lihat, dengar, dan perhatikan baik-baik.
'Percaya gak kalo Fajri itu bisa selingkuh?' Tanya Maya ke dua orang teman sekelasnya yang memang sering menjadi teman curhatnya.
'Engga' jawab mereka serentak.
'Bisa!' Tegasnya, 'lima menit lagi kelas bubar, waktunya makan siang. Lo liat siapa yang Fajri ajak makan siang. Gue atau cewek lain.'
Dua perempuan itu mengerutkan keningnya. 'Ketika Dosen bilang kelas hari ini cukup. Jangan sekalipun lo berdua alihin perhatian secara langsung ke Fajri. Tetap dalam kondisi menghadap ke depan kelas. Oke' intruksi Maya jelas sehingga Tami dan Ivana menganggukkan kepalanya.
Waktu berjalan lima menit dengan mudah.
'Baiklah, kelas hari ini cukup. Terima kasih atas partisipasinya. Kita ketemu minggu depan' ucap dosen mata kuliah manajemen keuangan.
Kami bertiga menjaga fokus, tidak berusaha menoleh ke arah Fajri yang berada di arah jam 4. Kami serempak membuka pendengaran untuk lebih mendengar kata-kata apa yang akan keluar dari mulut Fajri.
Nampaknya ia mulai beranjak dari bangkunya, berjalan menuju bangku yang berada di arah jam 2 dari posisi Maya.
'Vena, mau makan apa? Janjinya semalem mau makan nasi goreng yang di kantin sana ya? Yuk mau gak ?' Itulah kata-kata yang keluar dari mulut Fajri, kata-kata yang sedari tadi kami tunggu.
Tami dan Ivana saling menatap Maya yang duduk di antara mereka. Dan Maya hanya terlihat menunduk dan tersenyum sinis.
Tak lama dari kepergian Fajri bersama Vena, Tami dan Ivana terlihat menggoyakkan tubuh Maya yang saat itu hanya terdiam mematung.
'May, mungkin itu cuma biasa aja. Gak ada maksud apa-apa. Mereka kan emang deket.' Kata Ivana menenangkan Maya. Maya tersenyum dan menunjukkan mimik sinis lalu berkata, 'lima menit lagi kita turun. Kita ke kantin tempat Fajri ngajak Vena tadi. Kita akan lewat meja tempat mereka makan. Gak perlu menegor. Hanya lewat. Lo lirik ke arah Fajri. Kalau dia lagi bercanda sedari kita masuk kantin dan ketika kita lewat dia melirik ke arah kita. Tandanya itu hanya untuk membuat gue cemburu atau gak ada arti apa-apa dari itu semua. Dan kalau ketika kita masuk kantin mereka sedang bercanda atau berbicara, dan ketika kita lewat, pembicaraan mereka dinaikkan nadanya, itu punya arti sama kayak yang sebelumnya itu. Tapi ketika kita masuk kantin, mereka berbincang, dan pas kita lewat perbincangan itu terdengar seru tapi dengan nada biasa aja. Itu punya arti berbalik, tandanya Fajri memang menjalankan niat untuk...' Belum usai Maya meneruskan, Tami menyelak, 'selingkuh?'. Maya tidak menjawab 'iya' atau 'tidak', ia hanya tertunduk dan tersenyum kecil.
Habis sudah lima menit dan kemudian tiga wanita itu pergi menuju kantin yang disebutkan sebelumnya.
Dari pintu masuk kantin, mereka sudah melihat Fajri dan Vena. Tami dan Ivana mulai memainkan mindsetnya. Berjalanlah mereka menyusuri kantin hingga lewat di depan Fajri dan Vena. Maya hanya menatap lurus ke depan tanpa sesentipun menoleh ke Fajri. Tami dan Ivana lagi-lagi bersamaan menoleh ke Maya yang berada di tengah mereka. Maya tetap pada pandangannya, ke depan dan terus berjalan menuju pintu keluar kantin. Tami dan Ivana saling menggerutu dan tak percaya atas apa yang terjadi baru saja.
Ketika mereka meninggalkan kantin, Ivana mulai bertanya.
'May, lo gak kenapa-kenapa kan?'
'Sangat kenapa-kenapa' Jawab Maya singkat dengan senyuman.
'Lo gak cemburu?' Tanya Tami.
'Banget.'
'Lo gak sedih liat itu semua?' Lanjut Ivana.
'Merintih'
'Lo gak nangis kan ?' Tanya Tami kembali.
'Air mata gue gak bisa menggambarkan perasaan gue'
'Demi Tuhan, kita sama sekali gak nyangka Fajri tega melakukan itu sama lo.'
'Fajri memang misterius' jawab Maya singkat dan kemudian ia terdiam dalam waktu yang lama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Stupidfy : Ku Yakin Cinta Part IV

Read Stupidfy : Ku Yakin Cinta Part III                 Via Whatsapp aku mengajaknya pergi ke Puncak, enam bulan kemudian. Dia mau dan si...