Senin, 11 Mei 2015

Stupidfy: Maulana Wisnu A.

Bagian Satu.

Hari pertama tahun ajaran baru, 1998-1999. Fay baru saja merapihkan buku dan rapih juga dengan sarapan paginya. Saat itu Fay baru saja memutuskan untuk belajar di Taman Kanak-Kanak di dekat rumahnya. Rambut lurus dan rapih terhenti di samping antingnya yang saat itu berbentuk bulat melingkari lubang telinganya. Poni depan nyaris menutupi alisnya yang tipis. Rambutnya memiliki belah tengah, tepat ditengah kepalanya. Gigi susunya yang masih rapih putih dan kecil itu akan sangat terlihat di tawanya yang manis.
Dia semangat sekali nampaknya untuk pergi ke sekolah. Hari ini semangatnya karena dia masih dalam semangat belajar. Besoknya? Mana tau?
Dengan diantar Ibunya, ia berjalan dengan senang hari itu. Tertawa dan melompat. Sesekali dia menyanyikan lagu anak-anak yang sudah hapal dia nyanyikan. Bertanya-tanya lugu kepada Ibu membuat beliau jengkel dan menarik tangannya hingga jatuh, kemudian dia terdiam dan menunjukkan wajah sedihnya.
Sampai dia di depan gerbang Taman Kanak-Kanak Kelapa Gading. Dia melihat banyak orang yang seumuran dengannya. Sedihnya tadi berubah menjadi tawa kembali. Tapi kali itu ia masih tidak punya nyali untuk bergabung bermain dengan teman-temannya. Akhirnya dia duduk di samping Ibunya sekaligus memperhatikan keadaan sekitarnya.
Bel masuk berbunyi, semua anak masuk ke dalam kelas. Fay masih malu nampaknya, dia masih menggandeng tangan Ibunya. Kemudian datang seorang wanita yang seumuran dengan Ibu Fay dan mengajak Fay masuk ke dalam kelas untuk mengikuti pelajaran di hari pertamanya. Nama wanita itu adalah Wati, biasanya orang di TK ini memanggilnya Ibu Ncas. Tidak tau dari mana nama panggilan itu. Namun, panggilan itu membuat orang tua murid disini akrab dengannya.
Fay menerima ajakan Bu Wati, dia masuk kelas dan mencari tempat duduk yang masih kosong. Masih dengan malunya, Fay diam saja di kelas. Semangatnya beberapa menit yang lalu seketika tertutupi dengan rasa kurang percaya diri di hari pertama sekolahnya. Fay duduk di bangku baris kedua dari depan, di barisan bangku sejajar dengan pintu. Ternyata kebiasaan ini sudah ada sejak zamannya Fay TK, bangku depan selalu kosong karena banyak anak yang kurang percaya diri untuk menunjukan bahwa ia pintar dan semangat untuk belajar.
Sehari berlalu, dua hari berlalu, tiga hari berlalu, hingga bertemulah Fay dengan pelajaran olahraga. Bagi sebagian anak, terlihat juga di beberapa TK lainnya atau murid disini tahun sebelumnya, semua bersemangat ketika jam pelajaran olahraga. Kenapa? Karena pelajaran olahraga itu dilakukan di luar kelas, biasanya juga olahraga itu waktunya tidak akan sepenuhnya dihabiskan untuk pelajaran olahraga, dengan kata lain waktu olahraga adalah waktunya bersantai untuk murid yang cepat suntuk berada di dalam kelas.
Fay mulai menunjukkan kecentilannya disini. Di jam olahraga dia berada di barisan paling depan. Tinggi badannya inilah yang membuat Bu Wati dan Bu Sukaesih, kepala sekolah Taman Kanak-Kanak ini, menyuruh Fay berdiri di barisan paling depan. Memang, Fay tidak terlahir dengan postur tubuh yang digolongkan tinggi. Mungkin itu pula yang membuat Fay agak minder di hari pertama sekolahnya.
Lima hari pertama sekolahnya di minggu pertama, Fay malu. Tapi di hari keenam ini, Fay menunjukkan gelagat yang berbeda. Tidak tau apa yang hadir di mimpinya semalam, tapi Fay terlihat centil hari ini. Ketika Bu Sukaesih menyuruh murid-murid lencang tangan, tangan Fay menonjok bahu rekannya yang di sebelah kanan. Jelas di barisan kanan adalah murid laki-laki. Berdirilah disana murid laki-laki bernama Wawan. Bagaimana Fay bisa kenal Wawan?
Kemarin, tepatnya di hari Jumat, Fay yang sudah jago sekali dengan penulisan angka membuat dirinya harus duduk di bangku paling belakang. Kata Bu Wati supaya yang masih belum Lancar dan kaku dalam menulis bisa duduk di depan dan memperhatikan apa yang beliau ajarkan. Ketika Fay duduk di belakang, Fay dihampiri Wawan. Wawan minta diajarkan cara menulis angka empat di buku latihannya. Dengan polosnya, Fay mengajarkan Wawan apa yang ia bisa lakukan. Kemudian ketika Wawan paham, barulah disana Fay menanyakan namanya. Kenalah Fay dengan satu orang di kelas ini, karena sebelumnya Fay hanya hidup sendiri di kelas karena kepintarannya dibanding murid lainnya.
Olahraga selesai, Fay membeli jajanan lidi-lidian untuk ia makan sambil menunggu waktunya masuk kelas. Setelah membeli jajanan lidi-lidian yang saat itu masih berharga seratus rupiah, Fay duduk di ayunan ganda depan ruang guru. Ketika asik dengan makanannya, Wawan datang bersama seorang lainnya. Wawan duduk di samping Fay, sedangkan yang satu lagi duduk tepat di depan Fay. Wawan menyuruh Fay untuk berkenalan dengan anak itu. Saat Fay melihat anak itu, Fay terlihat salah tingkah. Ternyata lucunya anak kecil kalau suka sama orang. Salah tingkahnya pun aneh. Lebih centil dan polos. Ya maklumlah, mereka masih anak kecil.
“Nama kamu siapa?” Tanya anak itu ke Fay. Ternyata Wawan belum memberitahu apa-apa tentang Fay ke anak itu.
“Nama aku, Fay.” Jawab Fay lugu dan malu.
“Aku Maulana Wisnu Arifin. Kamu panggil aku Wisnu ya, Fay. Kata Mamaku, kalau kenalan kasih nama lengkapnya. Nama lengkap kamu?” ucap Wisnu.
“Tapi waktu aku kenalan sama Wawan aku gak pake nama lengkap. Ya kan, Wan?”
“Iya sih. Mama kamu ngada-ngada kali, Wis.” Wawan mendukung Fay.
“Tapi kan gak salah tau kalo kita kenalan dengan nama lengkap. Kamu juga Wan gak belain aku. Kan kita temenan.” Balas Wisnu.
“Yauda dari pada kita berantem, aku kasih tau aja nama lengkap aku deh. Nama aku Fay Aristi. Kalo kamu Wan?”
“Aku Hendra Hermawan. Tapi jangan panggil aku Hendra yah. Soalnya Hendra nama bapakku.”
“Oh Hendra nama bapak kamu? Woo Wawan anaknya Hendra. Wawan anaknya Hendra.” Ejek Wisnu dengan suara lantangnya membuat suasana ramai.
Kalau saja kita mengingat, semasa kecil, biasanya TK ataupun SD, mengejek nama orang tua adalah hal paling biasa dilakukan untuk bercanda, bisa juga sebagai bahan untuk menjelekkan teman ketika berantem.
Wawan yang merasa kesal dengan sikapnya Wisnu yang tiba-tiba mengejek dengan nama orang tua. Hal itu membuat ia pergi dan mengajak Fay menuju ke ruang guru. Wawan mengadukan sikap Wisnu yang menurutnya kurang terpuji itu ke Bu Wati dan Bu Sukaesih. Maksudnya agar Wisnu diberikan hukuman oleh guru karena membuat ia kesal.
Alhasil, Wisnu hanya diberi nasihat oleh Bu Wati di tempatnya itu juga, di ayunan. Sedangkan Fay dan Wawan meninggalkan kejadian itu begitu saja dengan kembali masuk kelas.

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Stupidfy : Ku Yakin Cinta Part IV

Read Stupidfy : Ku Yakin Cinta Part III                 Via Whatsapp aku mengajaknya pergi ke Puncak, enam bulan kemudian. Dia mau dan si...