Bagian Dua.
Hari ini tepat dua bulan Fay belajar di TK. Kemarahan Wawan atas tingkah Wisnu waktu itu sudah lama hilang. Kini mereka bertiga berteman akrab. Bahkan, karena akrabnya Fay lebih perhatian ke Wisnu. Ketika ada tugas atau hal yang tidak Wisnu dan Wawan tidak mengerti, Fay akan lebih cenderung mengajarkan dengan asik ke Wisnu. Sepertinya memang Fay suka sama Wisnu.
Hari ini tepat dua bulan Fay belajar di TK. Kemarahan Wawan atas tingkah Wisnu waktu itu sudah lama hilang. Kini mereka bertiga berteman akrab. Bahkan, karena akrabnya Fay lebih perhatian ke Wisnu. Ketika ada tugas atau hal yang tidak Wisnu dan Wawan tidak mengerti, Fay akan lebih cenderung mengajarkan dengan asik ke Wisnu. Sepertinya memang Fay suka sama Wisnu.
Wawan
yang curiga atas perhatian Fay yang berlebihan itu, akhirnya ia bertanya secara
langsung kepada Fay di depan Wisnu. Cinta monyet yang pertama kali dirasakan
Fay memang membuat Fay malu. Karena ia harus mengutarakannya langsung di depan
Wisnu dan Wawan.
Kembali
lagi insidennya terjadi di hari Sabtu, jam olahraga. Fay bilang ke Wisnu kalau
ia suka. Ada Wawan juga.
“Tapi
aku gak suka sama kamu, Fay. Yang suka sama kamu Wawan. Bukan aku, kamu jangan
suka sama aku yah. Sukanya sama Wawan aja, Wawan suka banget sama kamu. Katanya
kamu cantik dan baik. Jadinya kamu sama Wawan aja.”
Fay
yang malu karena ditolak begitu saja, ia pulang ke rumahnya tanpa membawa tas
dan perlengkapan lainnya yang ia bawa ke sekolah. Ibu Fay yang hari itu tidak
sedang menunggu Fay di sekolah terkejut karena Fay pulang dengan menangis. Fay
tidak bilang apa-apa ke Ibunya, kali itu Fay masih malu bilang ke Ibunya kalau
ia baru saja ditolak oleh teman sepermainannya.
Tidak
lama setelah Fay berhenti menangis, sekitar pukul sepuluh lewat lima. Wawan
datang ke rumah Fay. Wawan yang memang kata Wisnu suka sama Fay sering sekali
membuntuti Fay sampai rumahnya untuk sekedar tau. Jadi hari itu, Wawan dengan
kesadarannya membawakan perlengkapan Fay yang ditinggal di kelas ke rumah.
“Kamu
nangis, Fay? Ini perlengkapan kamu.”
“Gak
tau” jawab Fay ketus, kemudian ia ambil perlengkapannya tanpa berterima kasih
kepada Wawan, “sudah sana pulang! Nanti kamu dicariin Ibu kamu.”
“Iya,
aku pulang dulu ya, Fay.” Kata Wawan lugu.
Di
hari sekolah berikutnya, Fay masih sering mengajak Wisnu main bersama di
rumahnya dan masih tidak peduli dengan Wawan.
***
Kebodohan
Fay selanjutnya yang dilakukan Fay karena jatuh cinta dengan Wisnu adalah
ketika masa belajar Catur Wulan dua selesai dan waktunya pengambilan laporan
hasil belajar. Saat itu semua murid datang ke sekolah ini bersama orang tuanya.
Pagi-pagi
sekali Fay sudah rapih. Pakaian rapih dan juga sudah selesai dengan sarapannya.
Padahal jam masih menunjukkan pukul setengah tujuh. Sedangkan acara pengambilan
rapot adalah pukul delapan.
“Kamu
sudah rapih, Fay? Tumben. Yauda kamu siapin baju buat Naufal yah!”
“Iya,
Ibu. Naufalnya juga belum mandi ya? Gimana sih Ibu? Kan kita mau ngambil Rapot.
Masa jam segini belum apa-apa sih?!” Fay menggerutu. Naufal adalah adik
laki-laki Fay, saat itu Naufal masih berusia empat bulan.
“Yauda
bantuin Ibu dulu deh.”
Dengan
cemberut, Fay menjalankan perintah Ibunya. Fay merasa kalau dirinya sudah rapih
ya siap jalan. Tapi pekerjaan rumah masih banyak yang belum Ibu Fay kerjakan.
Padahal kalau saat itu dia sudah mampu berpikir benar, ia harus rela terlebih
dahulu membantu Ibunya. Ayah Fay? Beliau juga masih belum rapih. Hanya Fay yang
bersemangat lebih, bahkan lebih dari hari pertama sekolahnya.
Sambil
menunggu Ibu Fay memandikan Naufal, Fay membuka buku-buku pelajarannya. Ia
mengulang kembali pelajarannya. Padahal setelah ini ia akan menghadapi masa
libur selama satu minggu. Ya begitulah kalau anak kecil lagi semangat belajar,
jangan sekali pun dilarang untuk berhenti. Sebelum ia besar dan kenal dengan
Mal, jalan-jalan, gadget, atau hal lainnya yang membuat belajar itu menjadi
malas untuk dijalani.
Waktu
menunjukkan pukul delapan, Fay dan Ibunya belum juga jalan. Fay yang sudah
tidak sabar terus saja mengoceh tidak karuan memaki Ibunya yang hampir selesai
dandan. Ia duduk di bangku plastik depan rumahnya. Fay mulai mengayunkan
kakinya untuk menghabiskan kebosanannya. Hingga akhirnya Ibu Fay selesai dan
langsung berangkat menuju sekolah.
Sesampainya
di sekolah, Fay langsung mencari Wawan dan Wisnu. Katanya hanya untuk mencari
tau hasil belajar mereka, sekaligus mengukur kemampuan Fay dalam membantu Wawan
dan Wisnu belajar. Begitu yang dikatakan Fay ketika ia melepaskan genggaman
tangan Ibunya.
“Gimana
hasilnya kalian?” kata Fay antusias menatap Wisnu yang berdiri di samping Ibunya
dan Wawan.
“Aku
hasilnya ga bagus, Fay. Udah gitu ada yang kurang baik katanya di
kedisiplinannya kata Ibu aku.” Jawab Wisnu.
“Iyalah,
kamu kan gak disiplin, Wis. Datengnya telat, kalo di kelas kerjaannya
jalan-jalan terus. Udah gitu sukanya iseng sama orang.” Wawan sewot.
Fay
tertawa, “iya termasuk ngatain kamu pake nama bapak kamu ya, Wan?”. Wisnu ikut
menyambut ucapan Fay dengan tertawa. Sedangkan Wawan langsung meninggalkan
mereka berdua. Karena Wawan dan keluarganya akan pergi ke kampungnya untuk
beberapa hari,
“Kamu
masih suka sama aku? Kan nilai rapot aku jelek?” Tanya Wisnu polos. Ternyata ia
masih tau kalau Fay masih suka dengannya. Ibu Wisnu yang berdiri di samping
Wisnu terkejut dengan pertanyaan anaknya itu. Beliau tertawa geli juga mendengarnya.
Yang ada di benaknya adalah anaknya masih terlalu dini untuk mengenal cinta,
walaupun itu cinta monyet.
“Ih
kamu mah, Wis. Aku kan jadi malu. Itu didenger sama Ibu kamu tau. Aku malu
kalau aku masih suka kamu walaupun kamu gak pinter, jahil, kurang disiplin. Itu
tuh Ibu kamu ngeliatin aku aja.”
“Kamu
suka sama Wisnu, nak?” Tanya Ibu Wisnu, “kalian masih kecil, belajar dulu yang
bener, jangan suka-sukaan dulu!”
“Iya
tuh, Ma. Si Fay suka sama aku katanya. Aku ganteng kali ya, Ma?”
“Udah
kek Wis, aku kan malu. Kamu mah begitu deh. Nanti aku pulang lagi nih.”
“Kamu
mau pulang? Kan mama kamu masih disini, Fay. Kalau kamu pulang gak ada Wawan
lagi loh yang bantu kamu.”
“Kamu
jahat Wisnu. Jangan digituin dong!” kata Fay dengan wajah cemberut.
“Eh…
Nanti main ke rumah Wisnu yuk, Fay. Banyak jajanan di rumah. Kan Mama Wisnu
jualan jajanan.”
“Iya
Mamanya Wisnu. Nanti aku main deh ke rumah Wisnu kalau Wisnu nya udah jadi
pacar aku.” Kata Fay polos sehingga membuat Wisnu dan Ibunya tertawa.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar