Jumat, 11 Maret 2011

04102010

Waktu menunjukkan pukul 4. Aku berjalan sendiri di tengah keramaian. Hembusan angin menabrak aku yg sedang termenung akan sesuatu. Memikirkan hal yang tak tau apa itu.
Sesekali aku menghapus tetes air mata di pipiku.
Dengan suara teramat kecil aku bershalawat, mencoba menenangkan hati dan fikiran.
Aku berjalan tepat di tepi kali. Rasanya jika tidak ada iman, aku sudah melompat ke kali itu.
Ku genggam erat 4 buku, paket sejarah, paket bahasa, paket matematika, dan buku tulis berisikan catatan pulsa.
Sesekali ku usap dan ku tiupkan sedikit nafasku itu ke kedua telapak tanganku yg dingin nya bagaikan memegang es batu.
Langkah kakiku pun jauh lebih lambat dari langkah para pengantin wanita. Berharap tiap langkah ku tempuh dapat mengurangi beban fikiranku. Tapi... Bullshit ! Sia sia.

Ketika sampai di rumah tercinta. Tak tega melihat genangan air itu membasahi rumah tetangga.
Aku rindu akan sahutan Maulidya ketika aku ucapkan salam dari depan pintu.
Inilah rutinitas yg paling ku benci saat ini.
Pulang sekolah, lelah teramat sangat. Masuk rumah mengucapkan "Assalamu'alaikum" dan langsung ku jawab sendiri "Wa'alaikumsalam" sepi , sunyi, itu yg ada. Tangis ini semakin menjadi. Ku ganti seragam ini dengan baju santai andalanku. Pergi ke kamar, menyalakan MP3 dan Kipas Angin tepat di hadapanku. Terdiam dan berusaha menyelesaikan kesedihan. Tapi gak bisa.
Tak lama, hp ini berdering. Kuangkat dan berseru dari sebrang telefon. 'Ibu pulang jam stengah 6 mungkin. Mandiin dan suapin Lidya yg lagi main di depan' lalu ku jawab 'iya' ku matikan. Tangis yg ku fikir usai, ternyata datang kembali.
Kaget, itu yg kurasakan ketika menyadari lantai di rumah mengembung dan pecah. Tuhan, apa ini? Itu yg ku fikir. Ku putuskan memanggil adik cantik dan menjalankan amanat dari ibu.

Di lain sisi, aku terfikirkan akan apa yg terjadi padaku di lingkungan sekolah.
Sahabat. Mana yg menganggap aku sahabat? Tak kulihat wujud nya. Tak ku dengar suaranya. Tak ku nikmati indah hal yg dia miliki. Di hari yg ku harap dia ada, tapi sampai larut mata ini, dia samasekali tak hadir. Aku butuh teman seperti dia utk berbagi. Tapi knp dia gak ada ?

Dimana senyum ini ku sembunyikan ? Kapan senyum ini akan terukir di wajahku lagi ? Today I have sad moment.

Ya Allah, semoga ini tidak terjadi di esok hari. AMIN :')

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Stupidfy : Ku Yakin Cinta Part IV

Read Stupidfy : Ku Yakin Cinta Part III                 Via Whatsapp aku mengajaknya pergi ke Puncak, enam bulan kemudian. Dia mau dan si...