Beberapa waktu yang lalu saya melontarkan sebuah kisah tentang
seorang perempuan ketika dia berada pada situasi akhir masa SMA nya
kepada teman-teman saya.
Ceritanya begini, intinya saja sih seperti ini.
Jadi perempuan ini punya teman di kelas, gendernya laki-laki nih.
Nah sebutlah laki-laki itu namanya Jonas dan si perempuan namanya Amel.
Pada akhir masa sekolah, Jonas berkata kepada Amel. Entah itu serius
atau hanya bercandaan. Yang pasti kata-kata itu membuat Amel merasa
terikat, terkejut, bahagia, sekaligus sedih. Begitu complicated
sepertinya. Jonas berkata 'suatu hari nanti, elu buat gue'.
Seiring berjalannya waktu, Jonas sering kali mmberi beberapa tanda
yang memperkuat perkataannya tadi. Dan sebagai perempuan yang memang
secara alamiah memiliki kesensitifan yang lebih, Amel merasa dirinyalah
yang akan mendampingi Jonas kelak.
Berlarut waktu habis, habis pula masa SMA mereka. Terpisahkan oleh
jalan yang berbeda. Sama-sama kuliah, tapi mereka terpisahkan
universitas. Biasa lah ya.
Ketika saya menceritakan itu pada teman-teman kuliah saya, mereka
bilang memang itu tandanya si Amel sudah 'ditaken' oleh Jonas. Yang
artinya rasa terikat Amel itu memang nyata.
Kabarnya sih, sampai beberapa bulan Amel menjalani dunia perkuliahan
yang barunya itu, Amel masih merasakan keterikatan kata-kata Jonas.
Padahal Amel ini sering sekali 'stalking' ( bahasa anak zaman sekarang )
terhadap akun-akun jejaring sosial Jonas. Dan Amel sering pula
kedapatan kalau Jonas mungkin sudah melupakan perkataannya waktu itu ke
Amel.
Dan yang terlihat sekarang memang Amel merasa tersiksa mungkin.
Kalau diperhatikan, Amel ini memang tidak cantik. Tapi ada di satu sisi
dari dirinya yang membuat beberapa orang disekitarnya, terutama
laki-laki merasa 'interest' terhadap apa yang ada pada dirinya.
Laki-laki yang mendekatinya, berusaha untuk pendekatan hingga bisa
meraih rasa suka dari Amel, itu banyak. Bahkan beberapa dari mereka yang
mendekati Amel belakangan ini pun membuat Amel tertarik untuk
melepaskan perkataan Jonas dan berpaling ke yang lain. Tapi disini
masalahnya, 'ke-ter-i-ka-tan' yang dibuat Jonas itu membayangi langkah
maju Amel. Berusaha melawan supaya bisa singgah ke orang lain yang
sedang memperhatikannya. Gagal, gagal, kemudian gagal. Selalu ada
bayangan kata-kata Jonas itu ceritanya.
Sampai akhirnya, waktu itu terlihat Amel membuat status pada akun
jejaring sosialnya yang berisi 'tolong ikhlaskan, aku lelah bertahan.
Aku ingin menikmati masa mudaku. Aku ingin seperti teman-temanku yang
saat ini menjalin hubungan dengan orang lain. Mohon ikhlaskan' ,
terlihat lelah sekali bukan? Tapi apa yang terjadi?
Mungkin iya, perkataan Jonas itu adalah 'ikatan'. Buktinya, setelah
Amel melontarkan kalimat itu, ia merasa beda. Nih, terlihat dari salah
satu percakapan Amel dengan temannya, sebutlah namanya Eros. Tidak
membutuhkan waktu yang lama untuk pendekatan. Hanya melalui kata-kata
perhatian dan gombalan dari obrolan teks mereka, Amel merasa bahagia. Ia
mulai merasakan rasa suka terhadap Eros.
Ya, mungkin Jonas memahami, hingga Amel dapat merasakan bebas untuk
menjalani hidup. Masa muda datang sekali, katanya, jangan dihabiskan
untuk menunggu saja tanpa menikmati. Rasakan apa yang ada di sekeliling,
jangan menutup. Buka hati, buka pikiran, buka perasaan. Masih lama
untuk membicarakan keseriusan.
Begitulah ujarnya. Tapi sejujurnya, cerita ini benar-benar tidak
seperti nyata. Hanya sebuah harapan atau ungkapan tak pasti. Ya
sudahlah, namanya juga anak muda.
Melihat apa yang dilihat. Memikirkan apa yang terlintas. Menulis apa yang ingin ditulis.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Stupidfy : Ku Yakin Cinta Part IV
Read Stupidfy : Ku Yakin Cinta Part III Via Whatsapp aku mengajaknya pergi ke Puncak, enam bulan kemudian. Dia mau dan si...
-
Contoh dialog MAKING REQUEST jangan lupa mampir ke -> http://mymudarsih.blogspot.com/search/label/CERPEN yaaa (´ ⌣ `ʃƪ) thank youuu...
-
S a t u d a ri se j u t a c e r i t a Guys, gue pernah ngebahas kan tentang kelas yang pernah gue singgahin di SMA ini. Yaa .. yang gu...
-
Contoh dialog INSTRUCTION Syarifah : Hey Lidya ! Maulidya : What happened ? Syarifah : Move from the place ? Maulidya ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar