Senin, 11 Mei 2015

Stupidfy: Maulana Wisnu A.

Bagian Tiga.

“Wan, nanti main ke rumah Wisnu yuk. Aku mau ketemu dia di rumahnya. Kamu tau kan rumahnya? Tapi jangan bilang-bilang ke Wisnu.” Fay mencoba mengajak Wawan ke rumah Wisnu sepulang sekolah.
“Gak ah. Ngapain aku ke rumah Wisnu sama kamu. Kalau kamu suka sama dia ya kamu aja sana yang ke rumah Wisnu sendirian. Kalau kamu masih ngajak aku, nanti aku bilangin malah ke Wisnu.”
“Kamu mah pelit Wan sama aku. Aku kan pengen tau rumahnya aja Wan. Sekalian iseng siang-siang aku gak ada temen main di rumah.”
“Yauda kamu main ke rumah aku aja, kan yang penting main kan?”
“Wan, tapi kan aku mau main ke rumah Wisnu. Mumpung gak ada PR. Ayolah Wan!”
“Engga mau ah. Aku males sama kamu.”
“Yauda, aku jalan sendiri aja nanti nyari rumahnya Wisnu kalau kamu gak mau nemenin. Aku kesel sama kamu ah Wan. Kita musuhan.” Fay sampai di rumahnya dan langsung masuk ke dalam.
“Bodo amat, Fay!”
Fay segera mengganti seragam sekolahnya dengan baju mainnya. Baju kodok berwarna biru langit itu ia pilih setelah lima belas menit mencocokan dengan dirinya di depan cermin. Fay memang termasuk anak yang genit. Lihat saja, lima tahun juga belum ada tapi dia sudah mulai mempercantik dirinya yang masih polos.
Ibu Fay melihat anaknya yang sibuk dengan beberapa helai pakaian yang ia keluarkan dari lemarinya. Beliau bingung apa yang dilakukan anaknya siang-siang gini. Memang Ibu Fay tau kalau Fay mau pergi ke rumah Wisnu, tapi menurutnya ada niat lain kalau dia sibuk mencocokan pakaian hanya untuk berkunjung ke rumah teman sekolahnya.
“Bu, Fay mau ke rumah Wisnu dulu ya.”
“Udah rapih emangnya? Udah cantik? Mau ke rumah Wisnu aja dandannya lama banget. Kamu tuh masih kecil aja udah genit banget. Gedenya gimana? Emang kamu tau rumahnya Wisnu?”
“Bawel nih Ibu. Aku gak tau Bu rumahnya Wisnu.”
“Terus?”
“Ya aku inget-inget aja dulu. Yang aku tau Wisnu rumahnya deket sama rumah Imay, jadi nanti aku tanya sama Imay aja. Minta anterin sebentar.”
“Emang Imay nya mau?”
“Mau kali. Yauda aku pergi dulu ya. Uang jajan Fay masih ada gopek bu. Buat jajan di rumah Wisnu. Kata Mamanya Wisnu, Mamanya Wisnu dagang di depan rumahnya. Dadah Ibuuuuu” Fay pergi.
Fay berjalan ke rumah Imay, memang yang dia tau rumah Wisnu tidak jauh dari rumah Imay. Sekitar lima puluh meter Fay berjalan, sampailah di rumah Imay. Fay meminta Imay untuk mengantarnya ke rumah Wisnu. Tetapi Imay sedang sibuk mengurus adik kecilnya juga. Hingga pada akhirnya Imay hanya memberikan petunjuk jalan ke Fay.
“Tadikan kamu dari rumah kamu buat masuk kesini kamu belok kanan kan. Nah nanti kamu keluar aja dari gang ini, Fay. Dari depan situ kamu lurus. Abis itu kalo ada lapangan kamu belok ke kanan, kamu jalan kelilingin lapangan itu aja, sambil liat ke kiri. Rumahnya Wisnu ada di sebelah kiri. Warna catnya putih, di depannya ada warung, itu rumah dia. Pokoknya di jalanan itu yang warung cuma rumahnya Wisnu doang deh.”
“Yah sayang ya kamu gak bisa nemenin aku. Yauda deh, makasih ya May. Aku jalan dulu. Daaah.”
“Iya, dadaaah.” Imay melambaikan tangan ke arah Fay.
Fay mulai mengikuti petunjuk dari Imay. Berjalan cukup dekat ia bertemu dengan lapangan. Mungkin dari sini tidak jauh lagi pikirnya. Akhirnya ia berjalan kembali. Panas matahari saat itu memang sedang puncaknya. Bagaimana tidak? Ini pukul dua belas siang. Matahari jelas sedang panasnya. Tapi demi orang yang dia suka, Fay rela berjalan di bawah terik untuk mencari rumah Wisnu. Padahal ketika sampai pun ia masih belum tau apa yang akan dia lakukan.
Ternyata memang tidak jauh dari lapangan, bahkan tidak sampai mengelilingi lapangan Fay sudah bertemu warung Ibu Wisnu. Dengan beralasan mau jajan di warung ini, Fay memanggil nama Wisnu.
“Beli… Beli…” teriak Fay di depan warung itu. Tidak menunggu lama, Ibu Wisnu keluar.
“Mau beli apa?” Tanya Ibu Wisnu, “eh kamu Fay” Ibu Wisnu mengenali wajah Fay, “akhirnya kamu kesini juga. Wisnunya lagi tidur, Fay. Kamu mau jajan apa?”
“Aku beli mi gemes aja mamanya Wisnu. Wisnunya tidur ya?”
“Iya, dari tadi pulang sekolah dia langsung tidur. Capek katanya. Ini, nak” memberikan sebungkus jajanan ke Fay, “kamu mau main dulu? Duduk-duduk aja dulu di dalem sambil nunggu Wisnu bangun.”
“Engga deh mamanya Wisnu. Aku mau pulang aja. Cuma mau jajan disini. Hehe” Fay menutupi malunya karena berkunjung di waktu yang salah. Setelah memberikan uang dua ratus rupiah ke Ibu Wisnu, Fay izin untuk kembali ke rumahnya.
Tindakan ini memang pertama kali Fay lakukan untuk mencari perhatian orang yang dia suka. Dengan kepolosan yang masih ada dalam dirinya, Fay melakukan hal yang selalu menurutnya benar. Dan kunjungan ini tidak bermakna apa-apa selain ia harus mengeluarkan uang untuk makanan yang dia tidak suka. Kemudian ia pulang dengan keringat yang menembus bajunya karena panas terik matahari.
***
Paginya sangat sejuk hari itu. Fay, Wisnu, dan Wawan sudah hadir di sekolah berbarengan tadi. Mereka duduk di ayunan ganda seperti biasanya. Sambil bercanda-canda layaknya anak TK mereka menghabiskan waktu menunggu. Bel masih akan berbunyi sekitar sepuluh menit lagi. Masih ada cukup waktu untuk bersantai.
Wisnu mulai jahil. Ia menggoda Wawan dengan menyebut nama orang tuanya lagi. Wawan awalnya terlihat biasa, ia lebih tidak memperdulikan dan hanya mengobrol dengan Fay. Tingkah Wisnu semakin menjadi ketika Wawan memang menghiraukannya. Wisnu berteriak di telinga Wawan menyebut nama Bapaknya. Terlihat juga kerisihan di wajah Fay. Fay menjewer telinga Wisnu dan Wisnu membalas juga.
Perhatian Wisnu beralih ke Fay. Akhirnya Wisnu bercanda dengan Fay dan Wawan mulai diabaikan. Wawan turun dari ayunan dan berdiri di samping ayunan tersebut. Mungkin emosi Wawan sudah memuncak. Kelihatan dari dahinya yang mulai mengkerut itu. Ia goyangkan ayunan ini ke kanan dan ke kirinya. Ayunan ini mulai mengencang goyangannya. Fay terlihat panik, dia teriak menyebut nama Wawan. Wisnu mencoba menenangkan Fay dan mau membalas tingkah Wawan. Wisnu berdiri di ayunan dan berniat keluar ayunan untuk menghampiri Wawan dan memberinya pelajaran. Ketika Wisnu melangkahkan kakinya, kakinya justru tersangkut satu besi penyanggah. Kemudian ia terjatuh dengan posisi kepala yang menyusruk.
Wisnu menangis, Fay panik, sedangkan Wawan pergi sambil tertawa puas. Fay menghentikan ayunan ini, kemudian membopong Wisnu menuju ruang guru. Bu Wati mendengar suara tangisan Wisnu, kemudian dengan sigap beliau membatu Fay. Begitu Wisnu ditangani oleh Bu Wati, Fay langsung mencari Wawan. Mencari ke sudut kelas, ternyata Wawan mengumpat di bawah meja paling belakang di kelas.
Fay menarik tangannya. Dia memaki Wawan karena menurutnya tindakannya sudah kelewatan. Tapi Wawan membantah karena menurut dia, Wisnu yang mulai duluan. Memang kalau dipikir, Wisnu yang terlalu jahil, wajar sampai Wawan membalas. Apalagi mungkin Wawan juga jengkel dengan kedekatan Wisnu dan Fay. Cinta monyet yang sangat lucu. Anak TK sudah mengenal jatuh cinta dan cemburu. Kacau.
Di ruang guru, Wisnu masih menangis dan kesakitan. Darah di kepalanya sudah dilap dan lukanya sudah ditutup dengan kassa yang ditetesin obat merah dan dilekatkan dengan plaster. Keadaan Wisnu memang tidak memungkinkan untuk melakukan pelajaran hari ini. Fay menawarkan dirinya untuk mengantar Wisnu ke rumahnya. Penawaran itu disetujui oleh Bu Wati dan beliau juga menyuruh Wawan menemani Fay. Kemudian mereka mengantar Wisnu ke rumahnya.
Sepanjang jalan, Fay tidak sedetikpun berhenti mengomeli Wawan. Walaupun Wawan sudah meminta maaf kepada Wisnu dan Wisnu sudah memaafkannya. Begitu sampai di rumah Wisnu, Wawan langsung mengajak Fay kembali ke sekolah untuk mengikuti pelajaran. Dengan menahan rasa simpatiknya, Fay kembali ke sekolah.

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Stupidfy : Ku Yakin Cinta Part IV

Read Stupidfy : Ku Yakin Cinta Part III                 Via Whatsapp aku mengajaknya pergi ke Puncak, enam bulan kemudian. Dia mau dan si...